

Kisah Jenaka di Pantai Akarena Makassar
Opini | 2023-03-06

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Pantai Akrena (foto: prof Kahar Mustari)
JALURINFO.COM, MAKASSAR-
Kisah jenaka berbau tipu-tipu pada hari Minggu 5 Maret 2023(pagi), di Pantai Akarena Makassar.
Sudah kurang lebih satu bulan saya melakukan aktifitas sebagai seorang wartawan di atas tempat tidur. Pasalnya, asam urat menurut dokter yang periksa los meter, kemudian saudara kandung asam urat yakni kolestorol naik di atas normal begitu juga sepupunya asam urat yakni tekanan darah dan gula darah ikut berpasitipasi.
Baca juga: Keterwakilan Tokoh Kawasan Timur
Baca juga: SKETSA-SKETSA
Setelah rutin minum obat dari dokter dan herbal, asam urat, kolesterol dan tekanan darah normal, tetapi gula darah naik. Dokter yang periksa sarankan untuk pola makan harus diatur dan usahakan lakukan gerakan tubuh(olahraga) biar sejenak asal keluar keringat.
Sabtu(4/3/2023)sore, saya menelpon Syarir Irfan sahabat seprofesi untuk membantu saya pergi mandi di laut. Apalagi ritual mandi di laut itu, saya tidak lakukan lagi selama kurang lebih tiga tahun terakhir
Selama perjalanan menuju tanjung Bunga, saya membayangkan akan bertemu lagi dengan banyak anak-anak yang kadang menangis atau tertawa ditemani orang tua atau kerabatnya di atas ban mobil yang disewa, atau sengaja mereka bawa dari rumah untuk digunakan sebagai pelampung di Tanjung Bayang
Baca juga: Sketsa-Sketsa
Bertemu lagi dengan banyak anak remaja yang ber-selfi ria atau remaja-remaja dengan gaya cerita masih kini yang kadang berpasang-pasangan mengingatkan penulis ke beberapa puluh tahun silam kala raga ini masih ting-ting
Hayalan saya terganggu manakala Irfan membelok motornya ke arah kanan menuju ke pantai Akerena. Irfan seakan mengerti pikiran saya, tanpa menoleh Dia mengatakan Akarena lebih bersih dan aman, karena ada tanggul serta ada petugas pantai
Kami berhenti di loket penjualan karcis parkir dan mandi, rupanya akal wartawan pun dijalankan Irfan. Saat petugas bertanya apakah sudah dikonfirmasi, Irfan mengatakan kenapa harus konfirmasi, bukankah selalu kami kadang meliput di sini bila ada event, lagian saya sering mandi disini. Karcis Anugra(Anu gratis) pun diberikan petugas, sebelum kami tinggalkan tempat, Irfan sempat memberi dua eksamplar koran mingguan Jalur Info terbitan terbaru kepada petugas.
Sampai di parkiran kembali, Irfan, promosikan Akarena, seraya menunjuk, lihat sebentar lagi penuh dengan berbagai merek mobil. Saya membatin, walaupun tidak pernah masuk ke sini tetapi saya juga tidak tinggal di gunung Bawakaraeng atau puncak jaya wijayaya yang ada di Papua sana
Perasaan ini, tidak saya sampaikan ke Irfan karena takut acara tarik tangan menuju pinggir laut terganggu. Setelah menyiapkan pakaian mandi kami pun menuju laut, Walaupun penglihatan saya agak terganggu karena katarak tetapi terlihat sepanjang bibir pantai sampah menggunung tetapi Irfan masih mengatakan kemungkinan dibangun tanggul.
Saat saya menginjakan kaki di laut, hanya sampah plastik atau potongin kayu yang diinjak Sontak saya bicara dalam bahasa Makassar,kepada Irfan 'Ngapana kama"(Kenapa seperti ini. red) jawab Irfan, Biring ji, ditanggahya tangkas mi( tidak apa-apa hanya bagian pinggir, kalau agak ke tengah bersih red,)
Walaupun agak kedalam kondisinya nyaris sama tetapi, saya sudah sibuk berenang dan menyelam sehingga lupa dengan soal sampah . Tak terasa berenang bersama Irfan, sekira 29 menit kami didatangi seorang lelaki tinggi bodinya proporsional memperkenalkan nama Prof Kahar Mustari, saudara seibu dengan Mantan Dirjen Kehakiman, DR Aidir Amin Daud. Aidir ini selain Akademisi juga berlatar belakang wartawan.
Setelah kami memperkenalkan diri dan berprofesi wartawan,.Prof Kahar spontan mengatakan cocoklah kalau begitu, soalnya sejak tadi merasa tidak nyaman
Rp10.000
Irfan menimpali, Ada apa prof? Prof Kahar Mustari mengungkapkan kehadiran di pantai bukan karena dalam rangka mandi, tetapi merayakan ulang tahun istri di sebuah restoran di dalam kwasan Akarena ini.
Pihak restoran mengatakan bila masuk hanya dikenakan biaya parkir sebesar Rp5.000, tetapi ketika masuk kawasan, petugas loket memintah tambahan Rp10.000 per-kepala.
"Jelas saya tidak terima karena pihak restoran mengatakan pada kami bahwa hanya membayar parkir, ucap prof.
Setelah berpikir sejenak, saya putuskan biarlah mandi dulu karena acaranya siang. Pun saya bertanya berapa total harga? Petugas loket menyebut total tambahan angka Rp85.000 saya pun bayar, ungkap prof.
Jadi Ini bukan soal persoalan Rp10.000 tiket masuk untuk mandi tetapi ini persoalan, ketidak profesional petugas, kalau tidak ingin dibilang tipu-tipu. Harusnya petugas berterus terang kepada calon pengunjung bahwa kondisi pantai penuh sampah. Jangan diam-diam jual tiket masuk kemudian pengunjung diperhadapkan dengan kondisi seperti ini, tegas Prof Kahar.
Saat prof bercerita dengan nada santai, kami bertiga tetap tersenyum dan bercandaria seraya sekali-kali menyelam ke dasar laut
Lanjut prof Kahar mengatakan, rupanya pagi ini selain saya, ada, "Korban" lain juga yakni sepasang suami istri asal Bali pegawai salah satu bank dan tinggal di Daya kurang lebih 25 Km dari sini. Seraya menunjuk ke darat ada sepasang suami isteri dengan anak-anak lagi duduk-duduk Rupanya mereka lagi meinimbang-nimbang apakah mandi atau tidak dengan kondisi pantai seperti ini Bila mand selain kondisi air laut kotor, juga sudah membayar tiket dan jauh-jauh ke Akerena.
Saya menimpali pembicaraan prof dengan mengatakan saya juga protes kepada saudarah Irfan karena promosinya selangit soal Akarena.
Mendengar ocehan saya, prof Kahar sontak membela Irfan, dengan mengatakan, apa yang disampaikan Irfan memang benar bahwa Akrena bersih dan terawat tetapi mungkin karena kondisi banjir sehingga sampah seperti ini.
Setelah menatap jam tangan, Prof terlihat tetap enerjik ini dan selalu menyisahkan waktu satu jam tiap hari mandi di pelabuhan Potere itu, berujar tak terasa sudah satu jam berendam, kemudian Dia, mengulangi pembicaraan bahwa," ini bukan soal Rp10.000
Tetapi sangat penting untuk petugas jujur menjelaskan kepada setiap calon pembeli tiket untuk mandi bahwa banyak sampah di pantai. Jangan hanya diam-diam jual tiket, tutup Prof Kahar
Setelah prof pamit pulang, saya dengan Irfan lanjut menikmati laut pantai Akarena dan sinar matahari pagi.
Pada saat kami pulang seorang ibu mengaku berasal dari dari derah Flores, mengatakan maaf kenyamanan terganggu karena selama banjir melanda Makassar pantai Akrena sampanya menggunung walaupun petugas tiap hari berusaha membersihkan
Sudah kurang lebih satu bulan saya melakukan aktifitas sebagai seorang wartawan di atas tempat tidur. Pasalnya, asam urat menurut dokter yang periksa los meter, kemudian saudara kandung asam urat yakni kolestorol naik di atas normal begitu juga sepupunya asam urat yakni tekanan darah dan gula darah ikut berpasitipasi.
Baca juga: Keterwakilan Tokoh Kawasan Timur
Oleh : Prof. Hasrullah
Baca juga: SKETSA-SKETSA
BILA RAMADHAN DATANG LAGI
Catatan: Syamsu Nur
Setelah rutin minum obat dari dokter dan herbal, asam urat, kolesterol dan tekanan darah normal, tetapi gula darah naik. Dokter yang periksa sarankan untuk pola makan harus diatur dan usahakan lakukan gerakan tubuh(olahraga) biar sejenak asal keluar keringat.
Baca juga: Soal 1 Kursi 2 Pantat dan Pangkat Bawahan Lebih Tinggi di Takalar, Netizen Bilang Begini
Baca juga: Ceritera Lucu 1 Kursi 2 Pantat dan Kisah Aneh di Birokrasi Takalar
Sesuai janji, jam tujuh pagi Minggu(5/3/2023) Syarir Irfan yang karib disapa Irfan datang menjemput. Sebelum kami berangkat Irfan ingatkan saya agar membawah Id card wartawanSelama perjalanan menuju tanjung Bunga, saya membayangkan akan bertemu lagi dengan banyak anak-anak yang kadang menangis atau tertawa ditemani orang tua atau kerabatnya di atas ban mobil yang disewa, atau sengaja mereka bawa dari rumah untuk digunakan sebagai pelampung di Tanjung Bayang
Baca juga: Sepenggal Tulisan Petani Pulau Obi
Baca juga: Sketsa-Sketsa
ANTARA MEDIA CETAK DAN MEDIA ON LINE
Catatan : Syamsu Nur
Bertemu lagi dengan banyak anak remaja yang ber-selfi ria atau remaja-remaja dengan gaya cerita masih kini yang kadang berpasang-pasangan mengingatkan penulis ke beberapa puluh tahun silam kala raga ini masih ting-ting
Hayalan saya terganggu manakala Irfan membelok motornya ke arah kanan menuju ke pantai Akerena. Irfan seakan mengerti pikiran saya, tanpa menoleh Dia mengatakan Akarena lebih bersih dan aman, karena ada tanggul serta ada petugas pantai
Kami berhenti di loket penjualan karcis parkir dan mandi, rupanya akal wartawan pun dijalankan Irfan. Saat petugas bertanya apakah sudah dikonfirmasi, Irfan mengatakan kenapa harus konfirmasi, bukankah selalu kami kadang meliput di sini bila ada event, lagian saya sering mandi disini. Karcis Anugra(Anu gratis) pun diberikan petugas, sebelum kami tinggalkan tempat, Irfan sempat memberi dua eksamplar koran mingguan Jalur Info terbitan terbaru kepada petugas.
Sampai di parkiran kembali, Irfan, promosikan Akarena, seraya menunjuk, lihat sebentar lagi penuh dengan berbagai merek mobil. Saya membatin, walaupun tidak pernah masuk ke sini tetapi saya juga tidak tinggal di gunung Bawakaraeng atau puncak jaya wijayaya yang ada di Papua sana
Perasaan ini, tidak saya sampaikan ke Irfan karena takut acara tarik tangan menuju pinggir laut terganggu. Setelah menyiapkan pakaian mandi kami pun menuju laut, Walaupun penglihatan saya agak terganggu karena katarak tetapi terlihat sepanjang bibir pantai sampah menggunung tetapi Irfan masih mengatakan kemungkinan dibangun tanggul.
Saat saya menginjakan kaki di laut, hanya sampah plastik atau potongin kayu yang diinjak Sontak saya bicara dalam bahasa Makassar,kepada Irfan 'Ngapana kama"(Kenapa seperti ini. red) jawab Irfan, Biring ji, ditanggahya tangkas mi( tidak apa-apa hanya bagian pinggir, kalau agak ke tengah bersih red,)
Walaupun agak kedalam kondisinya nyaris sama tetapi, saya sudah sibuk berenang dan menyelam sehingga lupa dengan soal sampah . Tak terasa berenang bersama Irfan, sekira 29 menit kami didatangi seorang lelaki tinggi bodinya proporsional memperkenalkan nama Prof Kahar Mustari, saudara seibu dengan Mantan Dirjen Kehakiman, DR Aidir Amin Daud. Aidir ini selain Akademisi juga berlatar belakang wartawan.
Setelah kami memperkenalkan diri dan berprofesi wartawan,.Prof Kahar spontan mengatakan cocoklah kalau begitu, soalnya sejak tadi merasa tidak nyaman
Rp10.000
Irfan menimpali, Ada apa prof? Prof Kahar Mustari mengungkapkan kehadiran di pantai bukan karena dalam rangka mandi, tetapi merayakan ulang tahun istri di sebuah restoran di dalam kwasan Akarena ini.
Pihak restoran mengatakan bila masuk hanya dikenakan biaya parkir sebesar Rp5.000, tetapi ketika masuk kawasan, petugas loket memintah tambahan Rp10.000 per-kepala.
"Jelas saya tidak terima karena pihak restoran mengatakan pada kami bahwa hanya membayar parkir, ucap prof.
Setelah berpikir sejenak, saya putuskan biarlah mandi dulu karena acaranya siang. Pun saya bertanya berapa total harga? Petugas loket menyebut total tambahan angka Rp85.000 saya pun bayar, ungkap prof.
Jadi Ini bukan soal persoalan Rp10.000 tiket masuk untuk mandi tetapi ini persoalan, ketidak profesional petugas, kalau tidak ingin dibilang tipu-tipu. Harusnya petugas berterus terang kepada calon pengunjung bahwa kondisi pantai penuh sampah. Jangan diam-diam jual tiket masuk kemudian pengunjung diperhadapkan dengan kondisi seperti ini, tegas Prof Kahar.
Saat prof bercerita dengan nada santai, kami bertiga tetap tersenyum dan bercandaria seraya sekali-kali menyelam ke dasar laut
Lanjut prof Kahar mengatakan, rupanya pagi ini selain saya, ada, "Korban" lain juga yakni sepasang suami istri asal Bali pegawai salah satu bank dan tinggal di Daya kurang lebih 25 Km dari sini. Seraya menunjuk ke darat ada sepasang suami isteri dengan anak-anak lagi duduk-duduk Rupanya mereka lagi meinimbang-nimbang apakah mandi atau tidak dengan kondisi pantai seperti ini Bila mand selain kondisi air laut kotor, juga sudah membayar tiket dan jauh-jauh ke Akerena.
Saya menimpali pembicaraan prof dengan mengatakan saya juga protes kepada saudarah Irfan karena promosinya selangit soal Akarena.
Mendengar ocehan saya, prof Kahar sontak membela Irfan, dengan mengatakan, apa yang disampaikan Irfan memang benar bahwa Akrena bersih dan terawat tetapi mungkin karena kondisi banjir sehingga sampah seperti ini.
Setelah menatap jam tangan, Prof terlihat tetap enerjik ini dan selalu menyisahkan waktu satu jam tiap hari mandi di pelabuhan Potere itu, berujar tak terasa sudah satu jam berendam, kemudian Dia, mengulangi pembicaraan bahwa," ini bukan soal Rp10.000
Tetapi sangat penting untuk petugas jujur menjelaskan kepada setiap calon pembeli tiket untuk mandi bahwa banyak sampah di pantai. Jangan hanya diam-diam jual tiket, tutup Prof Kahar
Setelah prof pamit pulang, saya dengan Irfan lanjut menikmati laut pantai Akarena dan sinar matahari pagi.
Pada saat kami pulang seorang ibu mengaku berasal dari dari derah Flores, mengatakan maaf kenyamanan terganggu karena selama banjir melanda Makassar pantai Akrena sampanya menggunung walaupun petugas tiap hari berusaha membersihkan
TOPIK TERKAIT:
-
Kebijakan Ekspor Benih Lobster: Sistem Kuota dan Evaluasi Manajemen Distribusi
-
Amatiran Urus Garam
-
23 Tahun Ngos-ngosan Antara 2 Bibir
Oleh: M Said Welikin -
Orang pinggiran dan Bedah Rumah
Oleh: M Said Welikin -
Polisiku, Polisita, Polisi Kita Semua, tetap Menjadi Dambaan Masyarakat
-
Sketsa-sketsa
41 Tahun Harian Fajar KETIKA PENDIRI TIDAK “TURUN GUNUNG” LAGI
Catatan : Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
FAREL PRAYOGA dan Lagu OJO DIBANDINGKE
Catatan: Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
KETIKA PARE-PARE MENIKMATI PSM
Catatan: Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
KETIKA HARGA BBM NAIK LAGI
Catatan: Syamsu Nur
JALURINFO VIDEO NEWS

Dragon's Breath Flight Line di pulau pribadi Royal Caribbean di Haiti

Shiraz, Masjid Nasir al-Mulk

Suasana Kepanikan Pengunjung Mall Trans Studio Makassar saat Kebakaran

Breaking News: Mall Trans Studio Makassar Terbakar

Keindahan dan Keunikan di Air Terjun Tertinggi di Dunia di Venezuela



JALURINFO TV NETWORK
BERITA TERKINI:
Kapolres Enrekang Galang Soliditas Personil Bersama TNI DIM 1419 Dan Awak Media Lewat Olahraga
Viewnum 355
14 jam yang lalu
Sosialisasi Advokasi Hukum Anggota Polri Disiapkan Sie Hukum Polres Enrekang
Viewnum 426
15 jam yang lalu
Bunda PAUD Lutim Hadiri Puncak Bulan Pendidikan Merdeka Belajar Tahun 2023 Di Makassar
Viewnum 347
16 jam yang lalu
Pelayanan Poliklinik Mata RSUD I Lagaligo Lutim Gunakan Peralatan Canggih
Viewnum 362
16 jam yang lalu
Dorong Maksimalisasi Keterbukaan Informasi Publik, Diskominfo-SP Gowa-USAID Erat Tingkatkan Kapasitas Pejabat PPID
Viewnum 375
22 jam yang lalu
Menteri Industri dan Dubes Inggris Terkesan dengan Operasi PT Vale di Sorowako
Viewnum 355
1 hari yang lalu
Sekda Gowa Motivasi 350 Pelaku UMKM Hingga Serahkan Santunan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
Viewnum 443
1 hari yang lalu
Ceritera Piluh Para Petani, Ladang Mereka di Bibir Pammukkulu Mendadak Jadi Hutan Lindung
Viewnum 1666
1 hari yang lalu
TERPOPULER HARI INI

Kenapa Nabi Isa Dipilih untuk Membunuh Dajjal?
ViewNum 1023 kali

Gelar Rakor Pasca Supervisi, Priska Evaluasi 10 Program PKK 18 Kecamatan
ViewNum 1203 kali

Kunjungi Bulukumba, Kapolda Sulsel Minta Polres Perkuat Sinergitas
ViewNum 1123 kali

GASWO FC Juara Turnamen Balantang Cup VI Tahun 2023
ViewNum 1051 kali

Kapolda Kunjungi Bulukumba, Andi Utta Bicara Budaya hingga Kriminalitas
ViewNum 1048 kali

Para Pedagang Pasar Sentral Minta Tanggung Jawab DPRD Kabupaten Enrekang
ViewNum 1274 kali
