

Bagaimana Pengungsi Yahudi Hidupkan Kembali “Yerusalem Timur” di Ukraina
Internasional | 2023-03-04

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Suasana kota Chernivtsi © Privat
JALURINFO.COM, DONETSK-
Hingga baru-baru ini, Kota Chernivtsi yang dulu dikenal dengan julukan “Yerusalem Timur”, tercatat tidak punya penghuni berdarah Yahudi. Situasi berubah seiring kedatangan pengungsi Yahudi dari seluruh penjuru negeri.
Bau mesiu seakan memenuhi udara dapur, ketika Victoria Maksymovych menceritakan tentang kengerian perang di Ukraina. Di rumahnya yang kecil di Chernivtsi, Victoria dan suaminya, Oleg Krassnyi, mencari perlindungan dari pemboman dan kehancuran. Keduanya berasal dari timur laut, tepatnya dari Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.
Sebagaimana jutaan warga Ukraina lainnya, pasangan Yahudi itu kehilangan harta benda dan terancam oleh kemiskinan. Pada awal 2022, keduanya mendapati diri menjadi pengungsi di Chernivtsi, kota yang dulu berjuluk "Yerusalem di Timur,” namun sejak lama terlupakan.
Setelah bertahan selama sebulan, Victoria dan Oleg menyewa sebuah rumah di kota yang sama.
"Kebanyakan suka tinggal di Chernivtsi " Chernivtsi, yang berpenduduk 260.000 jiwa dan hanya berjarak 40km dari perbatasan Rumania, dulu dikenal sebagai pusat kebudayaan Yahudi di Eropa. Antara Perang Dunia I dan II, kota ini merupakan bagian Rumania.
Pada saat itu, Chernivtsi dihuni oleh mayoritas Yahudi, yang sebagian berasal dari Jerman. Sejumlah penyair Jerman ternama tercatat berasal dari Chernivtsi, termasuk juga dari Polandia atau Rumania.
Gemerlap Chernivtsi meredup ketika Nazi Jerman melancarkan Holocaust. Sebagian penyintas dari Chernivtsi melarikan diri ke Rusia dan lalu ke Israel. Ironisnya, perang pula yang justru memaksa warga Yahudi kembali kota tersebut.
"Setelah pergantian abad, cuma ada 2000 warga Yahudi yang masih aktif di sini,” kata Lev Klejman, ketua komunitas Aviv. "Banyak yang sudah pindah. Sangat mungkin bahwa saat ini ada sekitar 2000-an warga Yahudi lagi di Chernivtsi. Kami menampung banyak pengungsi dari Kyiv, Kharkiv dan Odessa di sini.”
Klejman mengaku warga Yahudi menyukai Chernivtsi, lantaran keasrian dan keindahan alam di sekitarnya. Terlebih, penggunaan bahasa Rusia di sini tergolong jamak untuk Ukraina Barat. "Sebab itu, warga Yahudi yang berbahasa Rusia dari wilayah timur dan selatan, merasa lebih nyaman di sini.”
Hilangnya masa lalu Ketika pembicaraan berpusar pada masa depan komunitas Yahudi di Ukraina, Klejman menghela nafas panjang. "Kalau Anda ingin membuat Tuhan tertawa, kabarkan kepada Dia tentang rencana Anda,” tukasnya. "Apa yang akan terjadi besok, baru akan kami pikirkan besok hari.”
Ketidakpastian juga dirasakan Victoria Maksymovych dan Oleg Krassnyi. Mereka hingga kini belum menemukan pekerjaan di Chernivtsi dan masih hidup dari uang tabungan yang kian menipis.
Keduanya sering menghabiskan waktu bersama komunitas Yahudi, entah itu untuk perayaan hari besar, atau sekadar memasak bersama dan berdiskusi. "Komunitas dan anggotanya adalah keluarga baru kami,” kata Victoria. "Mereka seperti saudara yang sudah sangat lama tidak berjumpa, dan kini menampung kami. Keberadaan mereka sangat penting bagi kesehatan mental.”
Di dapurnya yang kecil, Victoria dan Oleg tidak banyak tertawa. Sesekali keduanya tersenyum sedih. "Perang ini mengajarkan betapa kita bisa kehilangan segalanya dalam tempo singkat. Betapa harta benda tiada gunanya dan betapa pentingnya keluarga, teman dan nyawa,” kata Victoria.
"Tapi yang paling menyakitkan adalah bahwa Rusia menghilangkan masa lalu dan masa depan kami. Bagi kami, masa depan cuma sebatas hari ini.”
Bau mesiu seakan memenuhi udara dapur, ketika Victoria Maksymovych menceritakan tentang kengerian perang di Ukraina. Di rumahnya yang kecil di Chernivtsi, Victoria dan suaminya, Oleg Krassnyi, mencari perlindungan dari pemboman dan kehancuran. Keduanya berasal dari timur laut, tepatnya dari Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina.
Baca juga: Diplomat Uni Eropa: Rusia Tak Akan Negosiasi, Hanya Ingin Menang
Baca juga: Putin Ucapkan Selamat Kepada Erdogan atas Terpilihnya Kembali sebagai Presiden
Sebuah generator listrik teronggok diam sebuah sudut dapur. Keberadaannya cuma diperlukan, jika aliran listrik kembali padam akibat serangan Rusia, kata Victoria.
Baca juga: Pendukung Erdogan Rayakan Kemenangan Pemilu dengan Aksi Massa di Alun-Alun Pusat Kizilay
Baca juga: Unggul atas Calon Oposisi di Putaran ke Dua Pilpres, Erdogan Deklarasikan Kemenangan
Victoria dan Oleg terselamatkan berkat besarnya dukungan komunitas Yahudi. Pada pekan ketiga setelah invasi Rusia, keduanya memutuskan melarikan diri dan ditampung di sebuah hotel yang disewa komunitas Aviv di Chernivtsi untuk pengungsi Yahudi.Setelah bertahan selama sebulan, Victoria dan Oleg menyewa sebuah rumah di kota yang sama.
Baca juga: Anggota Partai Oposisi Turki Mengundurkan Diri, Beralih Dukung Erdogan?
Baca juga: Ancaman Rusia ke Barat soal Ukraina yang Bakal dapat Kiriman Jet Tempur F-16
"Kebanyakan suka tinggal di Chernivtsi " Chernivtsi, yang berpenduduk 260.000 jiwa dan hanya berjarak 40km dari perbatasan Rumania, dulu dikenal sebagai pusat kebudayaan Yahudi di Eropa. Antara Perang Dunia I dan II, kota ini merupakan bagian Rumania.
Pada saat itu, Chernivtsi dihuni oleh mayoritas Yahudi, yang sebagian berasal dari Jerman. Sejumlah penyair Jerman ternama tercatat berasal dari Chernivtsi, termasuk juga dari Polandia atau Rumania.
Gemerlap Chernivtsi meredup ketika Nazi Jerman melancarkan Holocaust. Sebagian penyintas dari Chernivtsi melarikan diri ke Rusia dan lalu ke Israel. Ironisnya, perang pula yang justru memaksa warga Yahudi kembali kota tersebut.
"Setelah pergantian abad, cuma ada 2000 warga Yahudi yang masih aktif di sini,” kata Lev Klejman, ketua komunitas Aviv. "Banyak yang sudah pindah. Sangat mungkin bahwa saat ini ada sekitar 2000-an warga Yahudi lagi di Chernivtsi. Kami menampung banyak pengungsi dari Kyiv, Kharkiv dan Odessa di sini.”
Klejman mengaku warga Yahudi menyukai Chernivtsi, lantaran keasrian dan keindahan alam di sekitarnya. Terlebih, penggunaan bahasa Rusia di sini tergolong jamak untuk Ukraina Barat. "Sebab itu, warga Yahudi yang berbahasa Rusia dari wilayah timur dan selatan, merasa lebih nyaman di sini.”
Hilangnya masa lalu Ketika pembicaraan berpusar pada masa depan komunitas Yahudi di Ukraina, Klejman menghela nafas panjang. "Kalau Anda ingin membuat Tuhan tertawa, kabarkan kepada Dia tentang rencana Anda,” tukasnya. "Apa yang akan terjadi besok, baru akan kami pikirkan besok hari.”
Ketidakpastian juga dirasakan Victoria Maksymovych dan Oleg Krassnyi. Mereka hingga kini belum menemukan pekerjaan di Chernivtsi dan masih hidup dari uang tabungan yang kian menipis.
Keduanya sering menghabiskan waktu bersama komunitas Yahudi, entah itu untuk perayaan hari besar, atau sekadar memasak bersama dan berdiskusi. "Komunitas dan anggotanya adalah keluarga baru kami,” kata Victoria. "Mereka seperti saudara yang sudah sangat lama tidak berjumpa, dan kini menampung kami. Keberadaan mereka sangat penting bagi kesehatan mental.”
Di dapurnya yang kecil, Victoria dan Oleg tidak banyak tertawa. Sesekali keduanya tersenyum sedih. "Perang ini mengajarkan betapa kita bisa kehilangan segalanya dalam tempo singkat. Betapa harta benda tiada gunanya dan betapa pentingnya keluarga, teman dan nyawa,” kata Victoria.
"Tapi yang paling menyakitkan adalah bahwa Rusia menghilangkan masa lalu dan masa depan kami. Bagi kami, masa depan cuma sebatas hari ini.”
TOPIK TERKAIT:
-
Tingginya Ketegangan Antara Cina dan Jepang Usai KTT G7
-
Sepekan Jelang Coblosan, Capres Sinan Ogan Alihkan Dukungan ke Erdogan
-
Top 3 Dunia: Raja Thailand Berang, Bakhmut dan Hiroshima, serta F-16 untuk Ukraina
-
Rusia Peringatkan Risiko Besar Jika Barat Kirim F-16 ke Ukraina
-
Mengapa Lembaga Survei Gagal Memprediksi Hasil Pilpres Turki?
-
Erdogan Yakin Menang Telak di Putaran Kedua Pilpres Turki
-
PMC "Wagner" Mencapai Kemajuan di Kota Bakhmut
-
Sisa 5% Wilayah yang Belum Direbut, PMC "Wagner" Terancam oleh Kekurangan Amunisi di Bakhmut
-
Cari Dukungan Jet Tempur Barat, Presiden Zelensky: Ukraina Tidak Menyerang Wilayah Rusia
JALURINFO VIDEO NEWS

Dragon's Breath Flight Line di pulau pribadi Royal Caribbean di Haiti

Shiraz, Masjid Nasir al-Mulk

Suasana Kepanikan Pengunjung Mall Trans Studio Makassar saat Kebakaran

Breaking News: Mall Trans Studio Makassar Terbakar

Keindahan dan Keunikan di Air Terjun Tertinggi di Dunia di Venezuela



JALURINFO TV NETWORK
BERITA TERKINI:
Kapolres Enrekang Galang Soliditas Personil Bersama TNI DIM 1419 Dan Awak Media Lewat Olahraga
Viewnum 355
15 jam yang lalu
Sosialisasi Advokasi Hukum Anggota Polri Disiapkan Sie Hukum Polres Enrekang
Viewnum 426
16 jam yang lalu
Bunda PAUD Lutim Hadiri Puncak Bulan Pendidikan Merdeka Belajar Tahun 2023 Di Makassar
Viewnum 347
17 jam yang lalu
Pelayanan Poliklinik Mata RSUD I Lagaligo Lutim Gunakan Peralatan Canggih
Viewnum 362
17 jam yang lalu
Dorong Maksimalisasi Keterbukaan Informasi Publik, Diskominfo-SP Gowa-USAID Erat Tingkatkan Kapasitas Pejabat PPID
Viewnum 375
23 jam yang lalu
Menteri Industri dan Dubes Inggris Terkesan dengan Operasi PT Vale di Sorowako
Viewnum 355
1 hari yang lalu
Sekda Gowa Motivasi 350 Pelaku UMKM Hingga Serahkan Santunan Jaminan Kematian BPJS Ketenagakerjaan
Viewnum 443
1 hari yang lalu
Ceritera Piluh Para Petani, Ladang Mereka di Bibir Pammukkulu Mendadak Jadi Hutan Lindung
Viewnum 1666
1 hari yang lalu
TERPOPULER HARI INI

Kenapa Nabi Isa Dipilih untuk Membunuh Dajjal?
ViewNum 1023 kali

Gelar Rakor Pasca Supervisi, Priska Evaluasi 10 Program PKK 18 Kecamatan
ViewNum 1203 kali

Kunjungi Bulukumba, Kapolda Sulsel Minta Polres Perkuat Sinergitas
ViewNum 1123 kali

GASWO FC Juara Turnamen Balantang Cup VI Tahun 2023
ViewNum 1051 kali

Kapolda Kunjungi Bulukumba, Andi Utta Bicara Budaya hingga Kriminalitas
ViewNum 1048 kali

Para Pedagang Pasar Sentral Minta Tanggung Jawab DPRD Kabupaten Enrekang
ViewNum 1274 kali
