

Tante Lala dan Fenomena Anomali Konten
Opini | 2022-03-12

© Disediakan oleh Jalurinfo.com M. Nur Alfatah
JALURINFO.COM, Maros-
SAYA menggunakan aplikasi “waktu layar” untuk mengelola penggunaan handphone yang lebih efektif. Satu hal yang menarik dari aplikasi tersebut (maaf tidak menyebut merek) adalah bagaimana aplikasi tersebut melaporkan waktu penggunaan aplikasi media sosial saya terhadap rerata penggunaan global secara realtime dari seluruh user yang menggunakan aplikasi tersebut.
Yang mencengangkan -versi aplikasi tersebut- adalah rerata global orang menghabiskan waktunya menonton Tiktok rata-rata 1,5 jam per hari, Youtube sekitar 1 jam. Baru menyusul IG sekitar 50 menit, Facebook sekitar 40 menit. Dari sini saya menyadari mengapa begitu banyak orang memilih Tiktok. Salah satunya di sana ada Tante Lala.
Baca juga: SKETSA-SKETSA
Sesuatu yang sangat dihindari oleh para endorser yang selalu menjaga dan bermanis-manis pada owner product. Tapi di sinilah Tante Lala hadir, bahkan owner product yang secara live juga ikut menonton ikut tertawa bersama pemirsa lainnya, ketika Tante Lala kesulitan membuka sebuah kemasan produk, dan “memaki-maki” ownernya karena membuat produk yang menyulitkan konsumen.
Seorang pemirsa bertanya; “Kenapa produknya mahal ?” Dengan lugas Tante Lala menjawab; “Memang produk ini untuk orang yang mampu saja”. Kalian yang tidak mampu tidak usah beli. Dahsyat jawabannya, menohok ke jantung penanya. Coba kita teropong apa yang menarik dari cara “campaign” Tante Lala bersama content creator-nya.
Baca juga: Sketsa-Sketsa
Senyatanya, sederhana saja Tante Lala saat live di Tiktok tidak perlu kamera puluhan juta rupiah, atau ivestasi studio yang mahal-mahal. Sepintas hanya bermodalkan kamera handphone, dan kestabilan jaringan.
Yang menarik dari content Tante Lala adalah menyajikan sesuatu dengan “taste” yang baru dalam men-deliver benefit dari produk yang dikomunikasikan. Saya menyebutnya; anomali content. Memilih melawan mainstream. Lebih kepada menghibur dan menyajikan perasaan pemirsa yang butuh ketulusan, kejujuran, apa adanya tanpa kosmetik berlebihan.
Strategi melawan arus atau anti mainstream, tidak head to head dengan endorser atau markom yang lain, tetapi lebih memilih kepada mengisi ruang yang ditinggalkan oleh strategi markom konevensional.
Ruang keseharian kita yang jenuh dengan markom terstruktur, formal, dan kebanyakan kosmetik. Kita butuh “alternatif” markom yang menghibur yang merepresetasikan diri kita senyatanya, di tengah sumpek-nya gempuran informasi dari media sosial maupun media cetak. Ruang keseharian kita yang polutif dengan berita hoax, ruang keseharian kita yang disuguhi macam-macam krisis, dari perang sampai kelangkaan minyak goreng.
Pada ruang publik yang “sumpek” itu Tante Lala hadir menarik kita. Mari bawa dunia keseharian kita yang nyata yang penuh canda di warkop, yang melawan arus di jalan raya, yang riuh di pasar, atau yang sebenarnya terjadi di belakang layar, ke dunia maya; Polos, lepas, canda, nakal, dan bahkan cenderung “norak”.
Tapi itulah kita, yang bahagia dengan dunia nyata tetapi banyak termanipulasi dengan dunia maya. Anomali content dalam meng-komunikasikan pesan-pesan di media sosial, senyata lebih kita sukai, karena memang itulah “kita”.
(Penulis : M. Nur Alfatah, Direktur Business and Management Institute – Yayasan Pendidikan Fajar)
Yang mencengangkan -versi aplikasi tersebut- adalah rerata global orang menghabiskan waktunya menonton Tiktok rata-rata 1,5 jam per hari, Youtube sekitar 1 jam. Baru menyusul IG sekitar 50 menit, Facebook sekitar 40 menit. Dari sini saya menyadari mengapa begitu banyak orang memilih Tiktok. Salah satunya di sana ada Tante Lala.
Baca juga: SKETSA-SKETSA
BILA RAMADHAN DATANG LAGI
Catatan: Syamsu Nur
Baca juga: Soal 1 Kursi 2 Pantat dan Pangkat Bawahan Lebih Tinggi di Takalar, Netizen Bilang Begini
Ketika saya menonton Tante Lala, saya dapat melihat bahwa teori marketing communication serasa terobrak-abrik dengan kehadiran Tante Lala. Secara live Tante Lala sebagai “Endorser” berani “memaki-maki” owner yang notabene orang yang memberi pekerjaan sebagai endorser kepada Tante Lala.Sesuatu yang sangat dihindari oleh para endorser yang selalu menjaga dan bermanis-manis pada owner product. Tapi di sinilah Tante Lala hadir, bahkan owner product yang secara live juga ikut menonton ikut tertawa bersama pemirsa lainnya, ketika Tante Lala kesulitan membuka sebuah kemasan produk, dan “memaki-maki” ownernya karena membuat produk yang menyulitkan konsumen.
Baca juga: Kisah Jenaka di Pantai Akarena Makassar
Baca juga: Ceritera Lucu 1 Kursi 2 Pantat dan Kisah Aneh di Birokrasi Takalar
Tante Lala menelanjangi pakem markom; jual kelebihan produk, simpan kelemahannya. Tante Lala membawa cara baru; bahwa tidak ada produk yang sempurna. Selalu ada kelemahan yang juga harus ditunjukkan dan pemirsa lah yang akan memutuskan, beli atau tidak.Seorang pemirsa bertanya; “Kenapa produknya mahal ?” Dengan lugas Tante Lala menjawab; “Memang produk ini untuk orang yang mampu saja”. Kalian yang tidak mampu tidak usah beli. Dahsyat jawabannya, menohok ke jantung penanya. Coba kita teropong apa yang menarik dari cara “campaign” Tante Lala bersama content creator-nya.
Baca juga: Sepenggal Tulisan Petani Pulau Obi
Baca juga: Sketsa-Sketsa
ANTARA MEDIA CETAK DAN MEDIA ON LINE
Catatan : Syamsu Nur
Senyatanya, sederhana saja Tante Lala saat live di Tiktok tidak perlu kamera puluhan juta rupiah, atau ivestasi studio yang mahal-mahal. Sepintas hanya bermodalkan kamera handphone, dan kestabilan jaringan.
Yang menarik dari content Tante Lala adalah menyajikan sesuatu dengan “taste” yang baru dalam men-deliver benefit dari produk yang dikomunikasikan. Saya menyebutnya; anomali content. Memilih melawan mainstream. Lebih kepada menghibur dan menyajikan perasaan pemirsa yang butuh ketulusan, kejujuran, apa adanya tanpa kosmetik berlebihan.
Strategi melawan arus atau anti mainstream, tidak head to head dengan endorser atau markom yang lain, tetapi lebih memilih kepada mengisi ruang yang ditinggalkan oleh strategi markom konevensional.
Ruang keseharian kita yang jenuh dengan markom terstruktur, formal, dan kebanyakan kosmetik. Kita butuh “alternatif” markom yang menghibur yang merepresetasikan diri kita senyatanya, di tengah sumpek-nya gempuran informasi dari media sosial maupun media cetak. Ruang keseharian kita yang polutif dengan berita hoax, ruang keseharian kita yang disuguhi macam-macam krisis, dari perang sampai kelangkaan minyak goreng.
Pada ruang publik yang “sumpek” itu Tante Lala hadir menarik kita. Mari bawa dunia keseharian kita yang nyata yang penuh canda di warkop, yang melawan arus di jalan raya, yang riuh di pasar, atau yang sebenarnya terjadi di belakang layar, ke dunia maya; Polos, lepas, canda, nakal, dan bahkan cenderung “norak”.
Tapi itulah kita, yang bahagia dengan dunia nyata tetapi banyak termanipulasi dengan dunia maya. Anomali content dalam meng-komunikasikan pesan-pesan di media sosial, senyata lebih kita sukai, karena memang itulah “kita”.
(Penulis : M. Nur Alfatah, Direktur Business and Management Institute – Yayasan Pendidikan Fajar)
TOPIK TERKAIT:
-
Kebijakan Ekspor Benih Lobster: Sistem Kuota dan Evaluasi Manajemen Distribusi
-
Amatiran Urus Garam
-
23 Tahun Ngos-ngosan Antara 2 Bibir
Oleh: M Said Welikin -
Orang pinggiran dan Bedah Rumah
Oleh: M Said Welikin -
Polisiku, Polisita, Polisi Kita Semua, tetap Menjadi Dambaan Masyarakat
-
Sketsa-sketsa
41 Tahun Harian Fajar KETIKA PENDIRI TIDAK “TURUN GUNUNG” LAGI
Catatan : Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
FAREL PRAYOGA dan Lagu OJO DIBANDINGKE
Catatan: Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
KETIKA PARE-PARE MENIKMATI PSM
Catatan: Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
KETIKA HARGA BBM NAIK LAGI
Catatan: Syamsu Nur
JALURINFO VIDEO NEWS

Begini Nasib Tentara Ukraina yang Tertangkap di Bakhmut

Bermaksud Lakukan Serangan Balik, Rombongan Pasukan Ukraina Dipreteli Artileri Pasukan Rusia

Jelajahi Keimdahan Alam Dunia di Sini

Pegunungan Altai Mongolia, Keindahan Alam yang Menawan di Mongolia

Menakjubkan dan Luar Biasa: Keindahan Istana Augustusburg di Brühl, Jerman



JALURINFO TV NETWORK
BERITA TERKINI:
Pemprov Sulsel Rampungkan Jalan dan Jembatan Ruas Paleteang – Malaga – Kabere di Enrekang
Viewnum 425
6 jam yang lalu
Danny Pomanto Dukung Dewan Adat Tinggi Lembaga Kerajaan Tallo Revitalisasi Cagar Budaya
Viewnum 502
6 jam yang lalu
Wali Kota Danny Pomanto-Panglima TNI Laksamana Yudo Margono Lepas Satgas Pamtas Papua di Makassar
Viewnum 848
12 jam yang lalu
Rusia Mulai Keluarkan Rudal Raksasa Yars, Mampu Capai Target Berjarak 11.000 Km
Viewnum 914
12 jam yang lalu
Hadiri Pelantikan Pengurus Korpri, Wawali Makassar Tekankan ASN Miliki Mental Melayani Masyarakat
Viewnum 887
12 jam yang lalu
Pererat Silaturahmi, Adnan-Kio Kembali Sapa Masyarakat Melalui Tarawih Keliling
Viewnum 1032
17 jam yang lalu
Hendak Maju Pilpres AS Lagi, Donald Trump Didakwa Pemalsuan Dokumen Keuangan
Viewnum 948
18 jam yang lalu
Video: Kerusuhan Massal Terjadi di Israel, Jutaan Orang Turun ke Jalan
Viewnum 1496
1 hari yang lalu
TERPOPULER HARI INI

Apa itu Reformasi Peradilan yang Sebabkan Rusuh Massal di Israel?
ViewNum 1250 kali

Video: Kerusuhan Massal Terjadi di Israel, Jutaan Orang Turun ke Jalan
ViewNum 1496 kali

Dekranasda Bulukumba Dorong Tenun Kajang Dapatkan Haki IG
ViewNum 2566 kali

Human Initiative Sulsel Mengajak Anak Yatim Berbelanja Kebutuhan Sekolah
ViewNum 1465 kali

Bupati MB Lantik 67 CPNS Formasi 2021 Menjadi PNS
ViewNum 1476 kali

Orang yang Cerdas dan Berakal Sempurna di Mata Rasulullah SAW
ViewNum 1761 kali
