
Proyeksi Peta Politik setelah PDI-P Usung Ganjar Pranowo
Nasional | 2023-04-25

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Proyeksi Peta Politik setelah PDI-P Usung Ganjar Pranowo
JALURINFO.COM, JAKARTA-
PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Jumat (21/4/2023), menyatakan akan mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden untuk Pemilu Presiden 2024. Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, mengumumkan langsung penunjukan Ganjar ini.
Pertanyaannya kemudian, bakal seperti apa pergerakan bidak politik nasional karena keputusan partai pemenang Pemilu 2019 ini? Dalam tataran praktis, akan ada berapa koalisi pengusung pasangan calon yang berkontestasi di Pemilu Presiden 2024?
Menurut Gun Gun, langkah PDI-P mengumumkan Ganjar sebagai kandidat yang diusung di Pemilu Presiden 2024 punya efek pada aksi-reaksi dari kekuatan politik lain.
Sejumlah pengamat berpendapat bahwa dengan melihat kondisi saat ini maka proyeksi realistis peta kontestasi Pemilu Presiden 2024 adalah akan ada tiga koalisi yang bakal mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Namun, ada juga yang menyebut kemungkinan Pemilu Presiden 2024 bakal menghadap-hadapkan dua atau bahkan empat koalisi bisa terjadi. Seperti apa analisis masing-masing?
Basis koalisi
Sebelum masuk ke analisis soal kemungkinan koalisi yang bakal terbentuk untuk Pemilu Presiden 2024, basis pengusungan kandidat kepemimpinan nasional pada 2024 adalah hasil Pemilu Legislatif 2019.
Merujuk Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu), hanya partai politik atau gabungan partai politik dengan perolehan minimal 20 persen kursi DPR atau minimal 25 persen suara Pemilu Legislatif 2019 yang dapat mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Untuk mendapatkan kursi di DPR, partai politik harus mendapatkan minimal 4 persen suara di pemilu legislatif. Jumlah kursi yang ada di DPR hasil Pemilu Legislatif 2019, yaitu 575, dibagikan kepada partai yang lolos batas yang dikenal juga dengan sebutan parliamentary treshold tersebut, berdasarkan perolehan suara dan alokasi kursi di 80 daerah pemilihan (dapil) di 34 provinsi pada saat itu
Dari Pemilu Legislatif 2019, ada sembilan partai politik yang mendapatkan kursi di DPR, yaitu PDI-P, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Dari data di atas, PDI-P telah memenuhi syarat perolehan minimal kursi DPR untuk dapat mengajukan sendiri pasangan calon presiden dan wakil presiden di Pemilu Presiden 2024. Namun, sejumlah kalangan berkeyakinan partai ini tidak akan mengambil opsi itu.
Hingga tulisan ini tayang, sejumlah geliat pergerakan partai politik sudah terpantau, bahkan sejak sebelum PDI-P menegaskan posisinya akan mengusung calon presiden dalam Pemilu Presiden 2024. Sejumlah wacana dan penyebutan koalisi pun sudah muncul.
Setidaknya sudah ada tiga nama wacana koalisi yang mencuat ke permukaan, yaitu Koalisi Perubahan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan Koalisi Indonesia Raya (KIR).
Koalisi Perubahan mencakup Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat. Adapun KIB mencakup PPP, PAN, dan Partai Golkar. Sementara itu, KIR berisi Gerindra dan PKB.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan menginisiasi memunculkan wacana Koalisi Besar. Dalam wacana ini, koalisi berisi Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PAN, dan PPP.
Penunjukan Ganjar menjadi bakal calon presiden dari PDI-P pun disebut menjadi bagian untuk mendorong partai ini bergabung dalam wacana Koalisi Besar.
Proyeksi realistis: 3 koalisi
Gun Gun memperkirakan Pemilu Presiden 2024 akan berlangsung dua tahap dengan tiga koalisi berkontestasi.
Selain PDI-P dengan Ganjar sebagai bakal calon presiden yang diusung, ujar Gun Gun, ada Anies Baswedan yang sudah jauh-jauh hari dideklarasikan oleh Nasdem sebagai bakal calon presiden-nya.
Bila Prabowo Subianto masih berkehendak maju lagi menjadi bakal calon presiden di Pemilu Presiden 2024, kata Gun Gun, peta proyeksi tiga koalisi akan terbentuk.
Menurut Gun Gun, proyeksi tiga koalisi hanya akan gugur bila Prabowo bersedia menjadi bakal calon wakil presiden bagi Ganjar. Jika skenario dua koalisi yang terjadi, lanjut dia, wacana Koalisi Besar yang digagas Jokowi justru yang akan mendapatkan momentum.
"(Sebaliknya), bila Prabowo masih maju menjadi bakal calon presiden, sangat mungkin ada tiga poros (di Pemilu Presiden 2024), yaitu Koalisi Perubahan (yang mengusung Anies), koalisi (yang mengusung) Prabowo, dan koalisi (yang mencalonkan) Ganjar," tegas Gun Gun.
Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam, berpendapat poros koalisi makin terang dengan pencapresan Ganjar oleh PDI-P.
Arif berkeyakinan Poros Perubahan yang saat ini dimotori PKS, Partai Demokrat, dan Partai Nasdem dengan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden tidak akan terdampak oleh pencalonan Ganjar di PDI-P.
"(Proyeksi saya) tiga koalisi. Kalau empat, enggak mungkin. Bila Prabowo dan Ganjar bersatu, kemungkinan jadi dua koalisi, tapi sepertinya sulit ketemu karena sama-sama mau calon presiden," tutur Arif, dalam perbincangan dengan Kompas.com, Senin (24/4/2024).
Arif berpendapat, dinamika besar dan menentukan bakal terjadi di wacana KIB, seturut pencalonan Ganjar ini, yaitu apakah wacana koalisi ini tetap solid atau partai politik di dalamnya akan berjalan sendiri-sendiri.
Dalam bacaan Arif, Partai Golkar akan tetap berada di KIB, sementara PPP dan atau PAN ada kemungkinan merapat ke PDI-P.
Faktor lain yang juga menentukan pula dalam pembentukan koalisi, lanjut Arif, adalah bakal calon wakil presiden yang diusung untuk melipatgandakan dukungan pemilih.
"Belum ada (bakal) calon presiden punya elektabilitas meyakinkan, (semua) masih di bawah 30 persen (dalam aneka survei publik). Pilihan bakal calon wakil presiden akan dikalkulasi matang (oleh setiap kemungkinan koalisi)," ujar Arif.
Dari pergerakan nama-nama yang sudah muncul ke publik punya peluang menjadi bakal calon wakil presiden, sebut Arif, Sandiaga Uno yang pamit meninggalkan Partai Gerindra untuk bergabung ke PPP patut dilihat sebagai bagian dari kuda-kuda bagi langkah politiknya.
"Kalau tidak punya target untuk kekuasaan, hampir mustahil (Sandiaga) keluar dari Gerindra," ujar Arif lugas.
Bahkan bila Sandiaga berpasangan lagi dengan Prabowo Subianto seperti pada Pemilu Presiden 2019, kata Arif, perpindahan Sandiaga akan menyertakan potensi gerbong suara baru bagi pasangan ini, di luar basis utama yang adalah Partai Gerindra.
"Saat ini yang akan terjadi adalah perubahan tarik menarik (bakal) calon wakil presiden," tegas Arif.
Selain Sandiaga, Arif menyebut peluang magnet berkekuatan besar untuk bakal calon wakil presiden adalah untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat.
"AHY punya peluang besar, bargaining tinggi dari internal Koalisi Perubahan, ketua umum partai pula, peluang besar mendampingi Anies," sebut Arif.
Menurut Arif, Prabowo punya banyak opsi bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya dari Koalisi Indonesia Raya (KIR). Di dalamnya antara lain ada Muhaimin Iskandar dari PKB atau bahkan Mahfud MD.
Adapun soal peluang pendamping bagi Ganjar, ada nama yang mencuat, yaitu Menteri BUMN Erick Thohir dan Sandiaga Uno. Namun, Arif cenderung melihat Ganjar akan condong memilih Sandiaga, terutama bila PPP ikut menjadi gerbong pendukung.
"Kalau Sandi di-backup PPP, peluangnya lebih kuat dibanding Erick (untuk mendampingi Ganjar), (baik dari) perahu (maupun) logistik," tutur Arif.
Bila ada dinamika tambahan: 4 koalisi
Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, menyebut kondisi hari ini memberikan proyeksi realistis untuk munculnya tiga koalisi dalam Pemilu Presiden 2024.
"Per hari ini, (kemungkinan akan ada) tiga koalisi. (Namun), kalau ada dinamika tambahan, bisa muncul empat koalisi," ujar Umam, saat berbincang dengan Kompas.com, Senin.
Tiga kemungkinan koalisi itu, ujar Umam, adalah para pengusung bakal calon presiden yang saat ini sudah semakin merucut—Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
"Apakah PDI-P maju sendiri (mengusung pasangan calon), besar kemungkinan tidak. (PDI-P) butuh narasi nasionalisme dan Islam," kata Umam, saat berbincang dengan Kompas.com, Senin.
Umam memperkirakan, PDI-P akan berusaha merangkul partai politik berbasis pemilih Islam. Sasaran yang didekati untuk ini, sebut dia, adalah PKB, PAN, dan PPP.
"(Akan ada koalisi, yang setidaknya berisi) PDI-P plus minimal satu partai politik (berbasis pemilih) Islam," tegas Umam.
Umam pun memperkirakan Prabowo tidak akan berpasangan dengan Ganjar, berdasarkan pernyataan-pernyataan terkini dari Prabowo dan Partai Gerindra selepas pengusungan Ganjar oleh PDI-P.
Dinamika tambahan yang memungkinkan munculnya empat koalisi di Pemilu Presiden 2024, papar Umam, akan berkaitan dengan bakal calon wakil presiden yang diusung Ganjar dan Prabowo.
Menurut Umam, Ganjar cukup terbuka kemungkinan menarik Sandiaga sebagai bakal calon wakil presidennya. Namun, ada nama Erick Thohir yang juga santer disebut berpeluang mendampingi Ganjar.
Bila Ganjar memilih Erick Thohir sebagai bakal calon wakil presidennya, kata Umam, Sandiaga bisa saja menjadi entitas baru yang punya kemungkinan menggeret partai-partai politik berbasis massa Islam selain PKS. Meskipun, bisa saja Sandiaga kembali merapat menjadi pasangan Prabowo dengan membawa gerbong PPP sebagai kekuatan tambahan.
Hanya saja, Umam melihat pula bila Sandiaga kembali berpasangan dengan Prabowo, ada Muhaimin Iskandar dari PKB yang bisa merasa dipermalukan. PKB saat ini merupakan salah satu partai yang bernaung dalam wacana KIR bersama Gerindra.
"(Soal pendamping Ganjar), sejauh ini yang dibutuhkan PDI-P adalah kekuatan Islam. Kalau mau lihat Islam yang siapa, kemungkinan besar Islam moderat dengan kekuatan (basis) NU," ujar Umam.
Dengan asumsi itu, pilihan pendamping Ganjar kecil kemungkinan berasal dari PAN. Pilihan yang tertinggal adalah koalisi dengan PKB atau PPP.
Bukan berarti peluang Erick sudah pasti tertutup. Erick masih punya peluang bila dia bisa memenuhi kebutuhan tambahan dukungan yang diperlukan PDI-P dari basis kantong pemilih Islam.
"Tapi, feeling saya, Ganjar-Sandi akan lebih agresif permainannya. Kecuali bila Erick bisa mendapat dukungan PKB, meski berat karena (di PKB) ada Cak Imin (Muhaimin Iskandar)," tutur Umam.
Satu faktor lain yang tidak kalah patut diperhitungkan untuk membaca proyeksi peta politik menjelang Pemilu Presiden 2024, sebut Umam, adalah Airlangga Hartarto.
Posisi Airlangga sebagai Ketua Umum Partai Golkar, kata Umam, merupakan incaran di internal partai. Karenanya, Umam berpendapat bahwa Airlangga akan berjuang habis-habisan untuk survive.
Bila bersamaan Airlangga dan Muhaimin juga merasa tidak mendapat tawaran yang nyaman dari wacana-wacana koalisi yang ada, Umam berpendapat Partai Golkar dan PKB punya peluang menggabungkan diri menjadi poros tersendiri, di luar poros Anies, Ganjar, dan Prabowo.
Sasaran bagi wacana koalisi keempat ini bisa jadi bukanlah kemenangan di Pemilu Presiden 2024. Namun, kata Umam, poros ini bisa membangun posisi tawar untuk melimpahkan dukungan suara bagi kandidat yang lolos ke putaran kedua Pemilu Presiden 2024.
"Mereka punya coat tail effect sendiri (untuk meraup suara di putara pertama Pemilu Presiden 2024). Di putaran kedua (Pemilu Presiden 2024) sudah akan terlihat siapa yang berpotensi menang lebih besar, (mereka) tinggal bergabung (ke yang berpotensi lebih besar menang itu)," papar Umam.
Meringkas uraian Umam, empat koalisi yang mungkin muncul bila ada dinamika tambahan di samping situasi pada hari ini adalah:
PDI-P dengan tambahan dukungan minimal satu partai politik Islam yang mengusung Ganjar sebagai calon presiden.
Gerindra dalam wacana KIR, dengan Prabowo sebagai calon presiden
Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden
Koalisi yang dimotori Sandiaga bila dia tidak dipilih menjadi pasangan Ganjar atau koalisi yang dimotori Partai Golkar dan PKB ketika aspirasi politik dua partai ini tak terakomodasi wacana koalisi lain.
Kemungkinan 2 koalisi, termasuk peluang calon boneka
Umam tidak menutup pula kemungkinan Pemilu Presiden 2024 kembali hanya diikuti dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, seperti pada dua pemilu presiden sebelumnya.
"(Namun), dua koalisi hanya terjadi bila Gerindra dan Prabowo mau menurunkan egonya, membanting harga elektoral dan juga harga diri, untuk bergabung ke PDI-P melawan (koalisi pengusung) Anies," kata Umam.
Itu pun bila situasinya normal-normal saja. Umam memberikan satu skenario terburuk yang bisa berpeluang terjadi pula, yaitu ketika ada operasi kekuasaan melalui jerat hukum lewat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Misalnya, kata dia memberikan contoh, Anies dinyatakan sebagai tersangka korupsi
"Kalau ini sampai terjadi, semua akan ketakutan dan merapat ke (poros) PDI-P," kata Umam.
Masalahnya, pemilu presiden tidak memungkinkan munculnya pasangan calon tunggal, bahkan dalam skenario terburuk itu. Di sinilah, Umam mengkhawatirkan munculnya pasangan calon yang sebenarnya semata calon boneka.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Sumber: Kompas.com
Pertanyaannya kemudian, bakal seperti apa pergerakan bidak politik nasional karena keputusan partai pemenang Pemilu 2019 ini? Dalam tataran praktis, akan ada berapa koalisi pengusung pasangan calon yang berkontestasi di Pemilu Presiden 2024?
Baca juga: Terbaru Terjawab Sudah Siapa Cawapres Anies Baswedan di Pilpres 2024? Begini Pernyataan Yenny Wahid
Baca juga: PKB: Kalau PAN dan Golkar Tak Akan Menangkan Prabowo di Pilpres 2024
"PDI-P punya 128 kursi (di DPR), (tapi) kalau paksakan maju sendiri (tanpa koalisi), berisiko kandidasi belum tentu memenangi kontestasi," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto sebagaimana dilansir dari Kompas.com, Minggu (23/4/2023).Menurut Gun Gun, langkah PDI-P mengumumkan Ganjar sebagai kandidat yang diusung di Pemilu Presiden 2024 punya efek pada aksi-reaksi dari kekuatan politik lain.
Baca juga: Polisi Mulai Proses Pernyataan Rocky Gerung yang Diduga Menghina Presiden Jokowi
Baca juga: Hasil Survei Terbaru: Target PDIP Mencetak Hattrick Terancam Gagal
"Ini game changer yang ditunggu dalam lanskap kekuatan politik koalisi kandidasi. Pencapresan Ganjar akan menstimulasi peta koalisi partai-partai," kata Gun Gun.Sejumlah pengamat berpendapat bahwa dengan melihat kondisi saat ini maka proyeksi realistis peta kontestasi Pemilu Presiden 2024 adalah akan ada tiga koalisi yang bakal mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Baca juga: Respons Anies Baswedan Soal Nasdem Minta Bacawapres Jangan dari Pimpinan Parpol
Baca juga: Anies Terseok di Survei, JK Bandingkan dengan Kemenangan Trump
Namun, ada juga yang menyebut kemungkinan Pemilu Presiden 2024 bakal menghadap-hadapkan dua atau bahkan empat koalisi bisa terjadi. Seperti apa analisis masing-masing?
Basis koalisi
Sebelum masuk ke analisis soal kemungkinan koalisi yang bakal terbentuk untuk Pemilu Presiden 2024, basis pengusungan kandidat kepemimpinan nasional pada 2024 adalah hasil Pemilu Legislatif 2019.
Merujuk Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu), hanya partai politik atau gabungan partai politik dengan perolehan minimal 20 persen kursi DPR atau minimal 25 persen suara Pemilu Legislatif 2019 yang dapat mengusung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Untuk mendapatkan kursi di DPR, partai politik harus mendapatkan minimal 4 persen suara di pemilu legislatif. Jumlah kursi yang ada di DPR hasil Pemilu Legislatif 2019, yaitu 575, dibagikan kepada partai yang lolos batas yang dikenal juga dengan sebutan parliamentary treshold tersebut, berdasarkan perolehan suara dan alokasi kursi di 80 daerah pemilihan (dapil) di 34 provinsi pada saat itu
Dari Pemilu Legislatif 2019, ada sembilan partai politik yang mendapatkan kursi di DPR, yaitu PDI-P, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Dari data di atas, PDI-P telah memenuhi syarat perolehan minimal kursi DPR untuk dapat mengajukan sendiri pasangan calon presiden dan wakil presiden di Pemilu Presiden 2024. Namun, sejumlah kalangan berkeyakinan partai ini tidak akan mengambil opsi itu.
Hingga tulisan ini tayang, sejumlah geliat pergerakan partai politik sudah terpantau, bahkan sejak sebelum PDI-P menegaskan posisinya akan mengusung calon presiden dalam Pemilu Presiden 2024. Sejumlah wacana dan penyebutan koalisi pun sudah muncul.
Setidaknya sudah ada tiga nama wacana koalisi yang mencuat ke permukaan, yaitu Koalisi Perubahan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan Koalisi Indonesia Raya (KIR).
Koalisi Perubahan mencakup Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat. Adapun KIB mencakup PPP, PAN, dan Partai Golkar. Sementara itu, KIR berisi Gerindra dan PKB.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan menginisiasi memunculkan wacana Koalisi Besar. Dalam wacana ini, koalisi berisi Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PAN, dan PPP.
Penunjukan Ganjar menjadi bakal calon presiden dari PDI-P pun disebut menjadi bagian untuk mendorong partai ini bergabung dalam wacana Koalisi Besar.
Proyeksi realistis: 3 koalisi
Gun Gun memperkirakan Pemilu Presiden 2024 akan berlangsung dua tahap dengan tiga koalisi berkontestasi.
Selain PDI-P dengan Ganjar sebagai bakal calon presiden yang diusung, ujar Gun Gun, ada Anies Baswedan yang sudah jauh-jauh hari dideklarasikan oleh Nasdem sebagai bakal calon presiden-nya.
Bila Prabowo Subianto masih berkehendak maju lagi menjadi bakal calon presiden di Pemilu Presiden 2024, kata Gun Gun, peta proyeksi tiga koalisi akan terbentuk.
Menurut Gun Gun, proyeksi tiga koalisi hanya akan gugur bila Prabowo bersedia menjadi bakal calon wakil presiden bagi Ganjar. Jika skenario dua koalisi yang terjadi, lanjut dia, wacana Koalisi Besar yang digagas Jokowi justru yang akan mendapatkan momentum.
"(Sebaliknya), bila Prabowo masih maju menjadi bakal calon presiden, sangat mungkin ada tiga poros (di Pemilu Presiden 2024), yaitu Koalisi Perubahan (yang mengusung Anies), koalisi (yang mengusung) Prabowo, dan koalisi (yang mencalonkan) Ganjar," tegas Gun Gun.
Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam, berpendapat poros koalisi makin terang dengan pencapresan Ganjar oleh PDI-P.
Arif berkeyakinan Poros Perubahan yang saat ini dimotori PKS, Partai Demokrat, dan Partai Nasdem dengan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden tidak akan terdampak oleh pencalonan Ganjar di PDI-P.
"(Proyeksi saya) tiga koalisi. Kalau empat, enggak mungkin. Bila Prabowo dan Ganjar bersatu, kemungkinan jadi dua koalisi, tapi sepertinya sulit ketemu karena sama-sama mau calon presiden," tutur Arif, dalam perbincangan dengan Kompas.com, Senin (24/4/2024).
Arif berpendapat, dinamika besar dan menentukan bakal terjadi di wacana KIB, seturut pencalonan Ganjar ini, yaitu apakah wacana koalisi ini tetap solid atau partai politik di dalamnya akan berjalan sendiri-sendiri.
Dalam bacaan Arif, Partai Golkar akan tetap berada di KIB, sementara PPP dan atau PAN ada kemungkinan merapat ke PDI-P.
Faktor lain yang juga menentukan pula dalam pembentukan koalisi, lanjut Arif, adalah bakal calon wakil presiden yang diusung untuk melipatgandakan dukungan pemilih.
"Belum ada (bakal) calon presiden punya elektabilitas meyakinkan, (semua) masih di bawah 30 persen (dalam aneka survei publik). Pilihan bakal calon wakil presiden akan dikalkulasi matang (oleh setiap kemungkinan koalisi)," ujar Arif.
Dari pergerakan nama-nama yang sudah muncul ke publik punya peluang menjadi bakal calon wakil presiden, sebut Arif, Sandiaga Uno yang pamit meninggalkan Partai Gerindra untuk bergabung ke PPP patut dilihat sebagai bagian dari kuda-kuda bagi langkah politiknya.
"Kalau tidak punya target untuk kekuasaan, hampir mustahil (Sandiaga) keluar dari Gerindra," ujar Arif lugas.
Bahkan bila Sandiaga berpasangan lagi dengan Prabowo Subianto seperti pada Pemilu Presiden 2019, kata Arif, perpindahan Sandiaga akan menyertakan potensi gerbong suara baru bagi pasangan ini, di luar basis utama yang adalah Partai Gerindra.
"Saat ini yang akan terjadi adalah perubahan tarik menarik (bakal) calon wakil presiden," tegas Arif.
Selain Sandiaga, Arif menyebut peluang magnet berkekuatan besar untuk bakal calon wakil presiden adalah untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat.
"AHY punya peluang besar, bargaining tinggi dari internal Koalisi Perubahan, ketua umum partai pula, peluang besar mendampingi Anies," sebut Arif.
Menurut Arif, Prabowo punya banyak opsi bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya dari Koalisi Indonesia Raya (KIR). Di dalamnya antara lain ada Muhaimin Iskandar dari PKB atau bahkan Mahfud MD.
Adapun soal peluang pendamping bagi Ganjar, ada nama yang mencuat, yaitu Menteri BUMN Erick Thohir dan Sandiaga Uno. Namun, Arif cenderung melihat Ganjar akan condong memilih Sandiaga, terutama bila PPP ikut menjadi gerbong pendukung.
"Kalau Sandi di-backup PPP, peluangnya lebih kuat dibanding Erick (untuk mendampingi Ganjar), (baik dari) perahu (maupun) logistik," tutur Arif.
Bila ada dinamika tambahan: 4 koalisi
Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, menyebut kondisi hari ini memberikan proyeksi realistis untuk munculnya tiga koalisi dalam Pemilu Presiden 2024.
"Per hari ini, (kemungkinan akan ada) tiga koalisi. (Namun), kalau ada dinamika tambahan, bisa muncul empat koalisi," ujar Umam, saat berbincang dengan Kompas.com, Senin.
Tiga kemungkinan koalisi itu, ujar Umam, adalah para pengusung bakal calon presiden yang saat ini sudah semakin merucut—Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
"Apakah PDI-P maju sendiri (mengusung pasangan calon), besar kemungkinan tidak. (PDI-P) butuh narasi nasionalisme dan Islam," kata Umam, saat berbincang dengan Kompas.com, Senin.
Umam memperkirakan, PDI-P akan berusaha merangkul partai politik berbasis pemilih Islam. Sasaran yang didekati untuk ini, sebut dia, adalah PKB, PAN, dan PPP.
"(Akan ada koalisi, yang setidaknya berisi) PDI-P plus minimal satu partai politik (berbasis pemilih) Islam," tegas Umam.
Umam pun memperkirakan Prabowo tidak akan berpasangan dengan Ganjar, berdasarkan pernyataan-pernyataan terkini dari Prabowo dan Partai Gerindra selepas pengusungan Ganjar oleh PDI-P.
Dinamika tambahan yang memungkinkan munculnya empat koalisi di Pemilu Presiden 2024, papar Umam, akan berkaitan dengan bakal calon wakil presiden yang diusung Ganjar dan Prabowo.
Menurut Umam, Ganjar cukup terbuka kemungkinan menarik Sandiaga sebagai bakal calon wakil presidennya. Namun, ada nama Erick Thohir yang juga santer disebut berpeluang mendampingi Ganjar.
Bila Ganjar memilih Erick Thohir sebagai bakal calon wakil presidennya, kata Umam, Sandiaga bisa saja menjadi entitas baru yang punya kemungkinan menggeret partai-partai politik berbasis massa Islam selain PKS. Meskipun, bisa saja Sandiaga kembali merapat menjadi pasangan Prabowo dengan membawa gerbong PPP sebagai kekuatan tambahan.
Hanya saja, Umam melihat pula bila Sandiaga kembali berpasangan dengan Prabowo, ada Muhaimin Iskandar dari PKB yang bisa merasa dipermalukan. PKB saat ini merupakan salah satu partai yang bernaung dalam wacana KIR bersama Gerindra.
"(Soal pendamping Ganjar), sejauh ini yang dibutuhkan PDI-P adalah kekuatan Islam. Kalau mau lihat Islam yang siapa, kemungkinan besar Islam moderat dengan kekuatan (basis) NU," ujar Umam.
Dengan asumsi itu, pilihan pendamping Ganjar kecil kemungkinan berasal dari PAN. Pilihan yang tertinggal adalah koalisi dengan PKB atau PPP.
Bukan berarti peluang Erick sudah pasti tertutup. Erick masih punya peluang bila dia bisa memenuhi kebutuhan tambahan dukungan yang diperlukan PDI-P dari basis kantong pemilih Islam.
"Tapi, feeling saya, Ganjar-Sandi akan lebih agresif permainannya. Kecuali bila Erick bisa mendapat dukungan PKB, meski berat karena (di PKB) ada Cak Imin (Muhaimin Iskandar)," tutur Umam.
Satu faktor lain yang tidak kalah patut diperhitungkan untuk membaca proyeksi peta politik menjelang Pemilu Presiden 2024, sebut Umam, adalah Airlangga Hartarto.
Posisi Airlangga sebagai Ketua Umum Partai Golkar, kata Umam, merupakan incaran di internal partai. Karenanya, Umam berpendapat bahwa Airlangga akan berjuang habis-habisan untuk survive.
Bila bersamaan Airlangga dan Muhaimin juga merasa tidak mendapat tawaran yang nyaman dari wacana-wacana koalisi yang ada, Umam berpendapat Partai Golkar dan PKB punya peluang menggabungkan diri menjadi poros tersendiri, di luar poros Anies, Ganjar, dan Prabowo.
Sasaran bagi wacana koalisi keempat ini bisa jadi bukanlah kemenangan di Pemilu Presiden 2024. Namun, kata Umam, poros ini bisa membangun posisi tawar untuk melimpahkan dukungan suara bagi kandidat yang lolos ke putaran kedua Pemilu Presiden 2024.
"Mereka punya coat tail effect sendiri (untuk meraup suara di putara pertama Pemilu Presiden 2024). Di putaran kedua (Pemilu Presiden 2024) sudah akan terlihat siapa yang berpotensi menang lebih besar, (mereka) tinggal bergabung (ke yang berpotensi lebih besar menang itu)," papar Umam.
Meringkas uraian Umam, empat koalisi yang mungkin muncul bila ada dinamika tambahan di samping situasi pada hari ini adalah:
PDI-P dengan tambahan dukungan minimal satu partai politik Islam yang mengusung Ganjar sebagai calon presiden.
Gerindra dalam wacana KIR, dengan Prabowo sebagai calon presiden
Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden
Koalisi yang dimotori Sandiaga bila dia tidak dipilih menjadi pasangan Ganjar atau koalisi yang dimotori Partai Golkar dan PKB ketika aspirasi politik dua partai ini tak terakomodasi wacana koalisi lain.
Kemungkinan 2 koalisi, termasuk peluang calon boneka
Umam tidak menutup pula kemungkinan Pemilu Presiden 2024 kembali hanya diikuti dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, seperti pada dua pemilu presiden sebelumnya.
"(Namun), dua koalisi hanya terjadi bila Gerindra dan Prabowo mau menurunkan egonya, membanting harga elektoral dan juga harga diri, untuk bergabung ke PDI-P melawan (koalisi pengusung) Anies," kata Umam.
Itu pun bila situasinya normal-normal saja. Umam memberikan satu skenario terburuk yang bisa berpeluang terjadi pula, yaitu ketika ada operasi kekuasaan melalui jerat hukum lewat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Misalnya, kata dia memberikan contoh, Anies dinyatakan sebagai tersangka korupsi
"Kalau ini sampai terjadi, semua akan ketakutan dan merapat ke (poros) PDI-P," kata Umam.
Masalahnya, pemilu presiden tidak memungkinkan munculnya pasangan calon tunggal, bahkan dalam skenario terburuk itu. Di sinilah, Umam mengkhawatirkan munculnya pasangan calon yang sebenarnya semata calon boneka.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Sumber: Kompas.com
TOPIK TERKAIT:
-
JK: Hasil Survei Terhadap Anies tak Gambarkan Suara Rakyat
-
NasDem Sebut Hasil Survei Lembaga Australia Tunjukkan Anies Representasi Kehendak Rakyat
-
Kritik Kriteria '0' dari Anies, Nasdem: Umumkan Saja Langsung Cawapresnya
-
Drama Selepas Pemeriksaan Airlangga, Ancaman Tembak Keluar dari Mulut Sang Pengawal
-
Masa Depan Anies dalam Genggaman NasDem
-
Langkah Airlangga Dekati Tiga Poros Capres Didukung Dewan Pakar Golkar
-
Anies Baswedan Beri Syarat Baru soal Bakal Cawapres, Nasdem Keberatan?
-
Begini Analisis Fahri Hamzah soal Dukungan Jokowi ke Prabowo
-
Demokrat Duga Tekanan ke NasDem Terkait Rencana Pengumuman Cawapres Anies Sebelum Naik Haji
JALURINFO VIDEO NEWS

Petualangan Luar Biasa di Keajaiban Alam Tertinggi: Angel Falls, Venezuela

Pesona Sejarah dan Keindahan Alam: Liburan Santai di Sirmione, Resor Terkenal di Danau Garda

Masjid Al Sahaba: Perpaduan Keindahan Modern di Pusat Sejarah Sharm el-Sheikh

Three Gorges, Keajaiban Pembangkit Listrik Tenaga Air Terbesar di Dunia

Keunikan Beruang Kutub di Arktik, Pesona di Atas Es Tipis



JALURINFO TV NETWORK
BERITA TERKINI:
Dampingi PJ Gub Sulsel, Fatmawati Rusdi Tinjau Harga Komoditas Pangan di Dua Pasar Tradisional
Viewnum 121
16 jam yang lalu
Isu Dukungan Pada Bupati MB Siap Bertarung Menuju Senayan Makin Gencar
Viewnum 1298
1 hari yang lalu
Wali Kota Danny Pomanto Presentasikan Pakinta dan Jampangi dalam Innovative Government Award Kemendagri 2023
Viewnum 326
1 hari yang lalu
Ada Apa di Polsek Bontomarannu, 2 kali Tolak Adum, Setelah Diterima Di-A2-kan
Viewnum 1460
1 hari yang lalu
Kapolres AKBP. Dedi Surya Dharma Lantik Kapolsek Enrekang Dan Kapolsek Curio
Viewnum 242
1 hari yang lalu
Gerakan Perubahan Perilaku, Fatmawati Rusdi Tekankan Pentingnya Sinergitas
Viewnum 406
1 hari yang lalu
Makassar Bersiap Selenggarakan Forum ASEAN untuk Penyandang Disabilitas Oktober Mendatang
Viewnum 231
1 hari yang lalu
TERPOPULER HARI INI

Isu Dukungan Pada Bupati MB Siap Bertarung Menuju Senayan Makin Gencar
ViewNum 1298 kali

Andi Batari Toja Siap Tuntaskan Masalah Kekeringan di Enrekang
ViewNum 4018 kali

Studi Tiru Ke Kota Bekasi, PKK Gowa Perluas Wawasan 10 Program Pokok PKK
ViewNum 1224 kali

Gempa Besar Guncang Maroko, Ribuan Korban
ViewNum 1021 kali

Warga Respon Baik Operasi Zebra Pallawa 2023 Wilayah Polres Enrekang
ViewNum 1006 kali

Otoritas Maroko Sebut Korban Gempa Menjadi 632 Orang
ViewNum 1110 kali

Update Gempa Maroko, 296 Tewas
ViewNum 1041 kali

Bencana Gempa Bumi 6,9 skala Richter di Maroko
ViewNum 1008 kali

Dekranasda Bulukumba Kembali Ukir Prestasi di Pekan Raya Sulsel 2023
ViewNum 1056 kali

Pengurus ICDT Siapkan 32 Kamera CCTV Untuk Pantau Aktifitas Masjid
ViewNum 1193 kali

Instalasi Farmasi Rumah Sakit I Lagaligo Lutim Miliki Empat Depo Layanan
ViewNum 1930 kali
