

Memahami Latar Belakang Operasi Khusus Militer Rusia dan Mengapa Zelensky Takut Damai dengan Rusia
Internasional | 2022-05-08

© Disediakan oleh Jalurinfo.com
JALURINFO.COM, Maros-
Prof John Ryan, Ph.D, Guru Besar Universitas Winnipeg, Canada, mengatakan, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, sangat takut berdamai, pasca operasi militer khusus Rusia ke Ukraina timur, Kamis, 24 Februari 2022.
John Ryan, mengatakan, Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina, dalam posisi sangat terancam, bahkan ancaman pembunuhan, dari Organization of Ukrainian Nationalists Stephen Bandera (OUN-B) sebuah jaringan teroris didikan dan atau agen Central Inteligence Agency Amerikat Serikat (CIA AS) untuk melakukan destabilisasi Union of Soviet Socialis Republic (USSR) yang sejak 25 Desember 1991 berubah menjadi Federasi Rusia.
OUN-B, sangat dilarang di Rusia, karena masuk daftar organisasi teroris. Tapi di Ukraina, partai politik jaringan OUN-B, duduk di Parlemen, yaitu Rada, dengan orientasi politik russophobia (anti etnis Rusia di Ukraina penutur Bahasa Rusia).
John Ryan, menanggapi Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina timur, Kamis, 24 Februari 2022.
John Ryan, mengatakan, Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, memberitahu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, bahwa operasi militer khusus ke Ukraina, mengacu Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ini mengatur hak membela diri sebuah negara. Dalam pelaksanaan hak bela diri, mengutip ketentuan “pembelaan diri antisipatif” atau hak “pembelaan diri interseptif”.
Dua latar belakang
Mengacu kepada analisis John Ryan, maka latar belakang operasi militer khusus Rusia ke Ukraina, ada dua.
Pertama, dekrit Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky (pendukung setia idologi neo nazi, OUN-B), menyatakan perang dengan Rusia, untuk merebut kembali Crimea yang dalam referendum tahun 2014, menyatakan bergabung dengan Rusia.
Kedua, sejak 16 Februari 2022, terus meningkatnya intensitas penembakan artileri jaringan OUN-B (Resimen: Azov, Right Sector, Aidar dan Don) dilatih dan dipersenjatai Ukraina dan North Atlantic Treaty Organization (NATO) dimotori Amerika Serikat terhadap warga Ukraina timur penutur Bahasa Rusia di Luhansk People’s Republic (LPR) dan Donetsk People’s Republic (DPR).
Sebagai gambaran, militansi teroris Resimen: Azov, Right Sector, Aidar dan Don yang dilatih dan dipersenjatai Ukraina dan NATO di Ukraina untuk destabilitasi Rusia, setara dengan The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di timur tengah.
OUN-B di Ukraina, setara dengan jaringan teroris dan intoleran didikan CIA AS di Indonesia, seperti Islamiyah (JI), Jammah Asyarud Daullah (JAD), dan kaum intolerans/radikalis seperti Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam (FPI).
HTI sudah dibubarkan didasarkan Peratura Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017, dan berbagai aktifitas FPI dilarang terhitung Rabu, 30 Desember 2020.
Satu hari sebelumnya, 15 Februari 2022, Parlemen Rusia, yaitu Duma, merekomendasikan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk segera mengakui kemerdekaan DPR dan LPR, untuk menyelamatkan warga Ukraina penutur Bahasa Rusia.
John Ryan, menyebut, tidak kurang dari 14.000 warga Ukraina timur penutur Bahasa Rusia telah dibunuh jaringan OUN-B, yaitu Resimen: Azov, Right Sector, Aidar dan Don di DPR dan LPR selama 8 tahun (2014 – 2022).
Sungguh mengherankan John Ryan, bahwa Rusia tidak segera melakukan intervensi untuk mencegah pembantaian mengerikan yang tidak masuk akal di Donbass, Ukraina timur.
Tampaknya Rusia berharap bahwa pada akhirnya Ukraina akan sadar dan melembagakan perjanjian Minsk, yang akan mempertahankan wilayah-wilayah ini di Ukraina, tetapi dengan tingkat otonomi.
Tampaknya ini juga tidak dilakukan karena Amerika Serikat tidak pernah menyetujui Proposal Minsk.
“Juga perjanjian ini benar-benar ditentang jaringan OUN-B. Jaringan teroris OUN-B, mengancam membunuh siapa saja yang mencoba memberlakukan Perpanjian Minsk. Dengan demikian, tampaknya Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky sangat terintimidasi sehingga tampaknya tidak berani melakukan ini,” ujar John Ryan.
Negosiator Ukraina Denis Kireyev dibunuh
Sebagai bukti kekuatan dan pengaruh Azov (jaringan OUN-B) di Ukraina, anggota Resimen Azov membuktikannya pada Sabtu malam, 5 Maret 2022.
Tepat setelah pertemuan negosiasi pertama antara Ukraina dengan Rusia di Belarus, anggota Azov membunuh, Denis Kireyev, negosiator Ukraina yang secara serius mempertimbangkan proposal Rusia.
Ketika neo-Nazi, yaitu Resimen Azov (OUN-B) mengetahui hal ini, Denis Kireyev diculik dari rumahnya di Kiev, Ibu Kota Ukraina, menyiksanya dan kemudian menembaknya dan meninggalkan tubuhnya di jalan di depan gedung Parlemen Ukraina: Rada, Sabtu malam, 5 Maret 2022.
“Peringatan yang jelas untuk Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina. Nyawa Volodymyr Zelensky, sangat terancam. Volodymyr Zelensky berani berdamai dengan Rusia, berarti nyawa taruhannya,” kata John Ryan.
Sebagai catatan, perlu dicatat bahwa Volodymyr Zelensky memenangkan pemilihan presiden pada April 2019 melawan petahana Poroshenko dengan 73% suara.
Platform pemilihannya didasarkan pada membangun hubungan baik dengan Rusia dan berjanji untuk memberlakukan perjanjian Minsk dengan Donetsk dan Lugansk.
“Jelas, inilah yang diinginkan sebagian besar penduduk Ukraina. Namun, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina, benar-benar mundur dari janji-janji pemilihan ini, tampaknya karena ancaman jaringan teroris UON-B yang dinyatakan sebagai teroris di Rusia. Jadi ini menunjukkan kekuatan gaya reaksioner ini,” ungkap John Ryan.
Awalnya ditolak Vladimir Putin
Terhadap rekomendasi Duma, awalnya, rekomendasi Duma, ditolak Vladimir Putin, Presiden Federasi Rusia.
Dasar penolakan Vladimir Putin, karena tahun 2014, tujuan referendum yang sudah dicapai DPR dan LPR, hanya meminta otonomi khusus dari Ukraina, demi menjamin keamanan warga Ukraina di bagian timur penutur Bahasa Rusia.
Akan tetapi kemerdekaan DPR dan LPR diakui Rusia pada 21 Februari 2022, setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mendapat laporan rencana CIA AS peralat Presiden Volodymyr Zelensky sebagai pion russophobia: ancaman nyata terhadap kedaulatan Rusia.
Pembantaian warga Ukraina di Donbass penutur Bahasa Rusia, memaksa Vladimir Putin, Presiden Federasi Rusia, untuk membuat pilihan yang sulit: membantu Donbass secara militer dan menciptakan masalah internasional, atau hanya diam dan menonton orang-orang Donbass yang berbahasa Rusia dihancurkan akibat korban genosida.
Inilah melatarbelakangi operasi militer khusus Rusia ke Ukraina sejak Kamis, 24 Februari 2022.
“Nazisme dan fasisme adalah faktor yang sangat nyata di Ukraina, dan mereka telah didokumentasikan secara luas,” kata John Ryan.
AS jadikan Rusia musuh abadi
John Ryan, mengatakan, dalam peradaban global setelah Perang Dunia II (1941 – 1945), USSR sebagai pemenang mengalahkan Nazi Jerman pimpinan diktator Kanselir Adolf Hilter dan Amerika Serikat menang lawan Jepang (setelah bom atom dijatuhkan di Hirosima, 6 Agustus 1945 dan Nagasaki, 9 Agustus 1945).
Kendati sama-sama sebagai pemenang, Amerika Serikat tetap melihat USSR (Rusia) sebagai musuh abadi, dengan pertimbangan, tidak boleh ada matahari kembar dalam tatanan global.
Tatanan global, mesti Amerika Serikat oriented.
Argumentasi John Ryan, dilihat dari sejarah konfrontasi yang panjang dengan Rusia.
Ini kembali ke masa revolusi Lenin pada tahun 1917 yang sukses menggulingkan Tsar dan mendirikan pemerintahan baru USSR atau dikenal dengan Uni Soviet berlandaskan pada komunisme.
Bersama lebih dari selusin negara lain, pada tahun 1918, Amerika Serikat mengirim 13.000 tentara untuk melawan pasukan Bolshevik yang dipimpin Lenin.
Meskipun ini adalah campur tangan besar dalam urusan negara lain, lebih dari 250.000 tentara asing ambil bagian dalam perang melawan pasukan Rusia.
Pasukan USSR bertempur dengan semangat patriotik, dan pasukan asing membuat sedikit kemajuan dan terpaksa mundur pada tahun 1920.
Amerika Serikat akhirnya menjalin hubungan diplomatik dengan USSR tahun 1933 dan hubungan yang dingin terus berlanjut hingga saat ini.
Ketika Nazi Jerman menyerang USSR pada Juni 1941, posisi Amerika Serikat diungkapkan Senator Amerika Serikat saat itu Harry Truman ketika, berkata:
“Jika kita melihat bahwa Jerman menang, kita harus membantu Rusia dan jika Rusia menang, kita harus membantu Jerman, dan dengan cara itu biarkan mereka membunuh sebanyak mungkin, meskipun saya tidak ingin melihat Adolf Hitler menang dalam keadaan apa pun.”
Nazi Jerman dapat dikalahkan, terutama melalui pertempuran yang dilakukan oleh pasukan USSR, tetapi alih-alih berterima kasih atas prestasi bersejarah ini, Amerika Serikat terbujuk oleh salah satu faksi elit pejabat di dalamnya yang membenci Rusia untuk memulai tindakan yang sama sekali berbeda.
Ini dimulai dengan keputusan kriminal yang sama sekali tidak perlu,– menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki,– yang menewaskan dan melukai sedikitnya 200.000 orang Jepang.
Menurut John Ryan, Jepang sebelumnya telah sepenuhnya siap untuk menyerah dan karena itu, hampir semua pejabat tinggi militer, termasuk Eisenhower dan McArthur,– menentang penggunaan bom atom.
Namun, lingkaran penasihat Harry Truman, Presiden Amerika Serikat, meyakinkannya untuk melakukan ini.
“Sebenarnya, ini bukan untuk mengakhiri perang terhadap Jepang, tetapi untuk menunjukkan kepada USSR bahwa ini dapat terjadi pada USSR jika mereka tidak mengikuti perintah Amerika Serikat,” ungkap John Ryan.
Pada tanggal 25 September 1975 beberapa dokumen rahasia dari Departemen Perang AS, tertanggal 15 September 1945, telah dibuka.
Dokumen-dokumen ini, menurut John Ryan, mengungkapkan, secara gamblang, bahwa Amerika Serikat telah merencanakan serangan nuklir secara sistimatis dengan 204 bom atom untuk menghancurkan 66 daerah perkotaan utama di USSR.
“Kalau sampai terjadi maka, serangan nuklir ini akan menjadi kejahatan terhadap kehidupan manusia (kejahatan terhadap kemanusiaan atau crime against humanity). Tidak cukup disebut sebagai genosida,” ungka John Ryan.
Dokumen utama mengacu pada “the number of atomic bombings which should be available to insure our national security” (sejumlah bom atom yang bisa memastikan keamanan nasional).
Amerika Serikat takut Rusia
Sehubungan dengan “to insure our national security”, pertanyaan yang masuk akal adalah mengapa Amerika Serikat begitu takut pada USSR (Rusia) yang hancur karena perangnya dengan Nazi Jerman.
Sehingga Amerika Serikat masih memerlukan penghancuran nuklir besar-besaran lebih lanjut pada Rusia agar Amerika Serikat “aman.”
Alasan sebenarnya tidak diragukan lagi adalah keinginan Amerika Serikat untuk menghancurkan sistem sosialis-komunis USSR (kendatipun sekarang partai komunis tidak dominan lagi di Rusia) yang juga menjadi alasan yang sama untuk serangan Adolf Hitler ke USSR.
Laporan lebih lanjut tentang masalah ini menyatakan bahwa: menurut perkiraan para jenderal Amerika Serikat, serangan itu dapat mengakibatkan kematian sekitar 285 hingga 425 juta orang.
“Artinya termasuk beberapa negara sekutu USSR di Eropa juga harus benar-benar musnah,” kata John Ryan.
USSR menyadari rencana Amerika Serikat dan mengembangkan bom atom mereka sendiri pada tahun 1949.
Ini terjadi sebelum Amerika Serikat memiliki 204 bom untuk serangan mereka. Dan begitu USSR memiliki bom atom sendiri, Amerika Serikat menyadari bahwa jika mereka melancarkan serangan, kota-kota Amerika juga akan terkena.
“Hasil keseluruhan adalah Perang Dingin (1945 – 1991) berikutnya dan perlombaan senjata nuklir,” kata John Ryan.
Politisi Ukraina pro Rusia dibunuh
John Ryan mencermati pernyataan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky bahwa “akan ada konsekuensi bagi kolaborator” menunjukkan bahwa kekejaman ini telah disetujui oleh tingkat pemerintahan tertinggi, pasca opersi militer khusus Rusia ke Ukraina.
Media Barat telah melihat ke arah lain, bagaimanapun, karena Volodymyr Zelensky dan pejabat tinggi dalam pemerintahannya telah menyetujui kampanye penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan anggota parlemen lokal Ukraina yang dituduh bekerja sama dengan Rusia.
John Ryan mengatakan, beberapa wali kota dan pejabat Ukraina lainnya telah tewas sejak pecahnya perang, banyak dilaporkan oleh agen negara Ukraina setelah terlibat dalam pembicaraan de-eskalasi dengan Rusia.
Volodymyr Zelensky telah jauh mengeksploitasi suasana perang untuk melarang serangkaian partai oposisi dan memerintahkan penangkapan saingan utamanya.
Dekrit otoriternya telah memicu penghilangan, penyiksaan dan bahkan pembunuhan sejumlah aktivis hak asasi manusia, organisator komunis dan kiri, jurnalis dan pejabat pemerintah yang dituduh simpati “pro-Rusia”.
Pada tahap ini, menurut John Ryan, Rusia telah menarik sebagian besar pasukannya dari Kiev dan tempat-tempat lain dan telah memusatkan mereka di daerah DPR dan LPR untuk menghadapi sebagian besar pasukan Ukraina.
Ini akan menjadi fase dua dalam kampanye mereka, dan satu-satunya pertempuran terpenting akan segera terjadi.
Kebohongan Barat
John Ryan merujuk pada pidato yang disampaikan Vladimir Putin beberapa waktu lalu dimana kembali ke sejarah saat USSR tertarik untuk menyatukan kembali Jerman Timur dan Barat dan melonggarkan kontrolnya atas negara-negara Eropa timur yang bergabung dengan USSR setelah Perang Dunia II.
Selama negosiasi penting pada tahun 1990 Presiden USSR, Mikil Gorbachev diyakinkan berulang kali oleh Amerikat Serikat dan para pemimpin NATO lainnya bahwa jika menyetujui semua reformasi ini.
NATO tidak akan bergerak dari batas-batasnya ‘satu inci pun’. Dengan jaminan seperti itu, Mikail Gorbachev mengizinkan penyatuan kembali Jerman dan USSR kemudian melepaskan semua kontrol dan aliansi dengan banyak negara di sepanjang perbatasan di bagian barat.
“Alih-alih menghormati janjinya untuk tidak maju ‘seinci pun’ menuju Rusia. Faktanya, NATO, dipimpin Amerika Serikat, ‘menyerap’ semua 15 negara baru pecahan USSR, terakhir coba rekrut Ukraina dan Georgia ke dalam lipatannya pasca USSR bubar pada 25 Desember 1991. Jadi janji-janji Barat saat itu tidak lebih dari kebohongan,” ujar John Ryan.
Kemudian pada 28 Februari 2022, dalam membahas sanksi yang dijatuhkan kepada Federasi Rusia sebagai akibat operasi militer di Ukraina, Vladimir Putin menyebut Barat sebagai Empire of Lies.
Sejarah akhirnya menegaskan pada Federasi Rusia bagaimana menilai Barat. Menariknya, sejak Vladimir Putin membuat komentar ini, begitulah Amerika Serikat dirujuk oleh sejumlah komentator.
“Sejak perang ini dimulai di Ukraina, telah terjadi sensor luar biasa di Barat. Masyarakat di Barat yang mencintai kebebasan, dengan tidak hanya semua media Rusia yang disensor tetapi juga siapa pun di Barat yang kritis terhadap penggambaran Amerika Serikat atau Barat tentang berbagai peristiwa di Ukraina. Kita memang hidup di zaman yang menarik,” ungkap John Ryan.
OUN-B asset CIA
Ketua Komite Persahabatan Federasi Rusia dan Republiik Indonesia, Joko Purwanto, Nazi di Ukraina sudah menjadi asset politik CIA sejak Perang Dunia II (1941 – 1945) berakhir.
Stephen Bandera, lahir 1 januari 1909 dan dibunuh agen spionase Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti Union of Soviet Socialist Republic (KGB-USSR) yang sekarang berubah menjadi Sluzhba Vneshney Razvedki Federasi Rusia (SVR-FR) di Munich, Jerman, 15 oktober 1959.
Sisa-sisa pendukung Stephen Bandera, mundur ke Barat ketika USSR dan memukul mundur Nazi Jerman di Ukraina.
Jaringan nazi Ukraina bentukan Stehen Bandera, disebut Organisasi Nasionalis Ukraina, The Organization of Ukrainian Nationalists (OUN). Karena dipimpin Stepan Bandera kemudian jaringan nazi Jerman di Ukraina disingkat OUN-B (karena B mengambil singkatan nama Stepan Bandera).
“Jaringan Nazi Stephen Bandera kabur ke wilayah dikuasai sekutu (komplotan Amerikat). Oleh jaringan Office of Strategic Services (OSS) pendahulu Central Inteligency Agency diselamatkan: dilindungi,” ujar Joko Purwanto.
Sehingga USSR gagal membawa Stephen Bandera dan kawan-kawan ke Pengadilan Nuremberg. Total ada 150 ribuan orang eks nazi yang diekstradisi ke Amerika Serikat dan Canada. Termasuk jaringan intelijen Nazi, ilmwan Nazi dan sebagainya.
Jaringan sisa Stephen Bandera di Ukraina dan jaringan intelijen Nazi mengoperasikan politik Amerika Serikat dan NATO dengan pemberontakann di Ukraina bagian barat tahun 1946 – 1954 (ketika Ukraina masih bagian dari USSR).
“Tujuannya, satu, yaitu mendestabilisasi Union of Soviet Socialist Republic atau sekarang mendestabilitasi Federasi Rusia,” kata Joko Purwanto.
Stephen Bandera di bulan-bulan awal Perang Dunia II, bekerja sama dengan Nazi Jerman, tetapi ketika Stephen Bandera menyatakan ukraina negara merdeka, kemudian ditangkap pada 15 September 1941 dan kemudian dipenjarakan di kampu konsentrasi Sachsenhausen Pada tahun 1944, Jerman dengan cepat kehilangan supremasinya dalam perang sebelum Sekutu maju, Stpehen Bandera dirilis, dengan harapan akan mencegah maju pasukan USSR.
Pada tanggal 22 Januari 2010, Presiden Ukraina, Viktor Yuschenko, memberikan Bandera penghargaan sebagai Pahlawan Ukraina, tapi dikutuk Parlemen Eropa, Rusia, Polandia dan organisasi-organisasi Yahudi, dan dinyatakan illegal.
Oleh Presiden Ukraina selanjutnya, Viktor Yanukovych (cukup familiar dengan Federasi Rusia) penetapan Stephen Bandera sebagai Pahlawan Nasional dibawa ke Pengadilan untuk dicabut pada April 2010.
Pada Januari 2011, penghargaan Pahlawan Nasional bagi Stephen Bandera, resmi dibatalkan. Tapi Stephen Bandera, tetap menjadi tokoh kontroversial hari ini baik di Ukraina dan internasional.
Sampai sekarang, jaringan OUN-B, ini, masih eksis di Ukraina. Jaringan OUN-B, sekarang bermetamorfosa menjadi Azov, Right Sector, Aidar dan Don.
Kudeta terhadap Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych tahun 2014, atas dukungan CIA AS, karena dituding cukup familiar dengan Federasi Rusia, menjadi booster kebangkitan Nazi dari jaringan UON-B di Ukraina.
Tujuan besar kehadiran jaringan UON-B yang sekarang bermetamorfosa menjadi Azov, Right Sector, Aidar dan Don, sejak Presiden Federasi Rusia, Boris Yeltsin dan kemudian digantikan Presiden Rusia, Vladimir Putih tahun 2000, adalah mendestabilisasi Rusia.
Joko Purwanto, mengatakan, operasi CIA untuk destabilisasi Rusia, sudah dilakukan semenjak Presiden Amerika Serikat dijabat Presiden Hussein Barac Obama (20 Januari 2009 – 20 Januari 2017), Presiden Donald John Trump (20 Januari 2017 – 20 Januari 2021) dan Presiden Josef R Biden (20 Januari 2021 – sampai sekarang).
Sejarah Ukraina
Berkenaan dengan Ukraina, tidak seperti Rusia dengan sejarahnya yang lebih dari 1.000 tahun, Ukraina, sebagai teritorial, dimulai sekitar tahun 1650 dan memiliki latar belakang sejarah yang kompleks.
Untuk memahami konflik saat ini, penting untuk diingat bahwa Rusia dan Ukraina pernah hidup yang relatif harmonis ketika mereka berdua adalah bagian dari USSR. Ini terputus dengan keras pada tahun 1941, ketika Nazi menginvasi USSR, dengan terlebih dahulu mengambil alih wilayah Ukraina.
Penting untuk diketahui bahwa sebagian besar orang Ukraina melawan invasi Nazi, seperti yang dilakukan Rusia, dan menderita kerugian lebih dari 6 juta orang, militer dan sipil.
Namun, merupakan fakta sejarah bahwa sebagian orang di Ukraina barat mendukung Nazi dan bahkan membentuk beberapa divisi pasukan untuk melawan tentara USSR.
Ini dilakukan di bawah khayalan aneh bahwa entah bagaimana setelah perang Nazi akan mengizinkan mereka untuk memiliki negara merdeka, independen dari Rusia.
Pemimpin mereka yang paling menonjol adalah Stepan Bandera (Ukrainan Organization Nationalist Sthephen Bandera (OUN-B) , seorang kolaborator dengan Hitler yang memimpin likuidasi ribuan orang Polandia, Yahudi, dan minoritas lainnya.
“Ironisnya, Stephen Bandera (OUN-B), kini, dianggap sebagai pahlawan utama oleh pemerintahan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky,” ujar John Ryan.
Sementara itu, berdasarkan kebijakan rasial Nazi, semua orang Slavia, Yahudi, Roma, dan orang kulit hitam dianggap sebagai Untermenschen atau “di bawah manusia” dan “orang yang lebih rendah” yang jika memungkinkan, harus dimusnahkan dengan satu atau lain cara.
Terlepas dari filosofi terbuka gerombolan Nazi yang menyerang, sebagian orang Ukraina di wilayah Galicia di Ukraina barat entah bagaimana merasa bahwa jika mereka bekerja sama dengan Nazi, bahwa setelah kekalahan USSR, mereka entah bagaimana akan memperoleh negara Ukraina yang merdeka.
“Ini delusi total, tapi fakta sejarah!” kata John Ryan
Tindakan mengerikan neo nazi di Ukraina
Menurut John-Paul Himka, seorang pensiunan profesor dari Universitas Alberta, seperempat dari semua korban Holocaust tinggal di Ukraina, dan ultra-nasionalis Ukraina bekerja sama dengan Nazi dalam melakukan tindakan mengerikan mereka.
Jika ada orang Ukraina yang bersedia bekerja sama dengan pasukan Nazi Jerman,– maka akan diterima secara sinis oleh Nazi.
Dan dengan cara ini, sekutu Nazi Ukraina ini melanjutkan untuk membunuh ribuan orang Polandia di daerah Lvov dan mereka berpartisipasi dalam membunuh lebih dari 30.000 orang Yahudi yang mayatnya kemudian dibuang ke jurang Babi Yar dekat Kiev.
Pada akhir Perang Dunia II, ribuan kolaborator Nazi Ukraina ini berhasil mundur ke Jerman dan kemudian entah bagaimana berhasil diterima sebagai “pengungsi” di Kanada dan Amerika Serikat.
Di Ukraina mereka diperlakukan sebagai kolaborator Nazi dan tidak pasti apa yang terjadi pada mereka.
Sekarang 77 tahun sejak perang berakhir, dan kita akan berpikir era Nazi adalah sejarah masa lalu, tetapi tampaknya beberapa keturunan kolaborator ini masih ada di tempat kejadian sebagai “neo-Nazi.”
Dan sayangnya neo-Nazi ini terus mempromosikan kebencian dan supremasi kulit putih dan menyerang ras dan etnis minoritas, dan dalam beberapa kasus siap untuk hidup di negara fasis.
Dalam gejolak di USSR tahun 1991, Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara merdeka pada 24 Agustus 1991. Pada 25 Desember 1991, Mikhail Gorbachev mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden USSR, dan digantikan Borish Yeltsin.
Setelah pembubaranUSSR pada 25 Desember 1991, Amerika Serikat mendominasi dunia, dan baru setelah Vladimir Putin, Presiden Rusia sejak tahun 2000, Rusia sekali lagi mulai memiliki pengaruh dunia.
Kudeta EuroMaidan 2014
Adapun Ukraina, setelah kemerdekaannya berjuang bersama, tetapi baru pada tahun 2014 terjadi peristiwa bencana yang mengubah jalannya sejarah secara total di negara itu.
Amerika Serikat berhasil melakukan kudeta yang menggantikan presiden yang dipilih secara demokratis dan memasang rezim di mana neo-Nazi terus memainkan peran utama.
Segera setelah kudeta, Victoria Jane Nuland, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Urusan Politik, dengan gembira mengkalim bagaimana Amerika Serikat menghabiskan lima miliar dolar untuk memungkinkan kudeta terjadi di Ukraina, 2014.
Victoria Jane Nuland, bahkan mengklaim memiliki andil dalam memilih siapa yang harus berada di kabinet dan siapa yang harus menjadi presiden baru dan jika uni Eropa tidak menyukainya, “Fuck the EU” semua ini ada dalam catatan.
Setelah kudeta, dua partai yang pada dasarnya fasis dan neo-Nazi, teroris, yaitu Svoboda dan Right Sector, memegang posisi penting dalam pemerintahan baru—mereka membentuk sepertiga dari kabinet.
Ini terlepas dari kenyataan bahwa Svoboda hanya memiliki 8 persen kursi di Rada dan Sektor Kanan tidak memiliki anggota terpilih.
Kemudian para pengikut partai-partai ini membentuk kekuatan militer Azov, yang secara terbuka menampilkan simbol-simbol militer Adolf Hitler.
Sementara rezim baru Ukraina sibuk memberdayakan kaum fasis, mereka melucuti hak partai komunis untuk berpartisipasi dalam pemilu tahun 2015 dan mengeluarkan undang-undang ‘dekomunisasi’ yang kontroversial.
Undang-undang ini, menurut Joh Ryan, melarang tampilan simbol USSR dan mengubah status hari libur 9 Mei yang menandai kemenangan USSR atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Hapus istilah Great Patriotic War
Undang-undang tersebut akan menghapus semua penyebutan ‘the Great Patriotic War’ (demikian USSR mengartikan Perang Dunia II).
Puluhan ribu jalan telah diganti namanya, bersama dengan hampir seribu kota dan desa. Lebih dari dua ribu patung dan monumen juga telah dipindahkan dalam proyek budaya anti-komunis ini.
Meskipun kritik luas, pemerintah saat ini telah menolak untuk mencabut undang-undang tersebut.
Faktanya, Amerika Serikat terus bekerja dengan kaum fasis Ukraina dalam kampanye destabilisasi tanpa akhir melawan Rusia.
Menurut spesialis CIA AS, Douglas Valentine, “CIA telah mengembangkan aset fasis di Ukraina selama 70 tahun.”
Nazisme dan fasisme adalah faktor yang sangat nyata di Ukraina, dan mereka telah didokumentasikan secara luas.
Mengingat apa yang telah terjadi, tidak mengherankan bahwa Ukraina adalah satu-satunya negara, bersama dengan Amerika Serikat, yang menentang rancangan resolusi Majelis Umum PBB “memerangi pemuliaan Nazisme, neo-Nazisme, dan praktik-praktik lain yang berkontribusi terhadap bentuk-bentuk kontemporer dari rasisme, diskriminasi rasial, xenofobia, dan intoleransi yang berkaitan”.
Sehari setelah pemerintah kudeta dibentuk, tindakan pertamanya adalah mengesahkan undang-undang untuk melarang penggunaan bahasa Rusia dalam kapasitas resmi apa pun dan melarang semua media Rusia di Ukraina.
Hal ini dilakukan meskipun seperlima dari populasi Ukraina adalah etnis Rusia dan sekitar 40% dari populasi berbicara bahasa Rusia.
Faktanya, bagian timur Ukraina dan Crimea hampir seluruhnya merupakan etnis Rusia, dengan sejarah Rusia yang sudah berusia lebih dari seribu tahun. Dan tiba-tiba bahasa mereka dilarang!
“Untuk menempatkan masalah ini dalam perspektif orang Canada, bayangkan jika pemerintah yang baru dilantik di Ottawa, Ibu Kota Canada, tiba-tiba melarang penggunaan bahasa Perancis sebagai bahasa resmi di Canada,” kata John Ryan.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan Quebec untuk menyerukan referendum dan kemudian melanjutkan untuk memisahkan diri dari Canada?
Populasi penutur Bahasa Rusia
Sebenarnya, inilah yang terjadi di Crimea, di mana sebagian besar orang berbicara bahasa Rusia. Mereka melakukan referendum pada 16 Maret 2014 dan dengan jumlah pemilih 83 persen, ada 97 persen suara untuk memisahkan diri dari Ukraina.
“Karena etnis Rusia hanya membentuk 58 persen dari populasi, itu berarti bahwa sebagian besar orang Ukraina dan Tatar Crimea juga memilih untuk memisahkan diri dari Ukraina. Crimea kemudian mengajukan banding ke Rusia untuk diterima ke dalam Federasi Rusia, dan Rusia melanjutkan untuk melakukan ini,” ungkap John Ryan.
Terlepas dari referendum di Crimea, menurut John Ryan, untuk memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Federasi Rusia, Rusia terus-menerus dituduh mencaplok Crimea, yaitu, melakukan akuisisi paksa sebagian wilayah Ukraina, yang merupakan kebohongan terang-terangan.
Ukraine’s President Volodymyr Zelensky gives a joint press conference with Germany’s Chancellor Olaf Scholz, following their meeting at the Mariinskyi Palace. Irina Yakovleva/TASS
Untuk menambah kebohongan ini, tidak ada seorang pun di Barat yang pernah merujuk pada referendum Crimea, yang dipantau oleh tim pengamat Barat.
Sementara itu, tanpa referendum, Kosovo terlepas dari Serbia dengan persetujuan penuh dari Amerika Serikat. Faktanya, Amerika Serikat, merekayasa ini semua.
Adapun keputusan Rusia untuk campur tangan secara militer di Ukraina, pemerintah dan rakyat masih ingat dengan jelas bahwa USSR kehilangan 27 juta orang melawan Nazi pada 1940-an.
Adalah Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy dalam pidatonya yang mengesankan pada 10 Juni 1963 di American University yang menyatakan, “Dan tidak ada negara dalam sejarah pertempuran yang pernah menderita lebih dari yang diderita USSR selama Perang Dunia II, 1941 – 1945.”
“Setidaknya 20 juta kehilangan nyawa mereka. Jutaan rumah dan pertanian yang tak terhitung jumlahnya dibakar atau dijarah. Sepertiga dari wilayah negara, termasuk hampir dua per tiga dari basis industrinya, berubah menjadi gurun—kerugian yang setara dengan kehancuran negara ini di sebelah timur Chicago.”
Untuk memperjelas maksudnya kepada publik Amerika Serikat, John F Kennedy membandingkan kehancuran di USSR dengan Amerika Serikat: kerugian yang setara dengan kehancuran negara ini di sebelah timur Chicago.
“Jadi sekarang dengan neo-Nazi yang pada dasarnya mengendalikan Ukraina, serta memilikinya dalam konstitusi mereka untuk bergabung dengan NATO dan dengan presidennya berbicara tentang memperoleh senjata nuklir, seharusnya tidak ada misteri bagaimana perasaan Rusia tentang hal ini,” kata John Ryan.
Dengan senjata nuklir di Ukraina, dibutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk menghancurkan Moscow, tanpa kemungkinan memblokir serangan seperti itu. Rusia dan rakyatnya tidak siap untuk menjalani Perang Dunia II lagi. Tidak dalam jangka panjang ataupun jangka pendeknya.
Bagaimana bisa jadi seperti ini?
Setelah kudeta tahun 2014 dan undang-undang yang melarang bahasa Rusia dalam semua urusan hukum, rezim baru Kiev mengirim sekelompok administrator mereka untuk mengambil alih kantor-kantor pemerintah di wilayahLPR dan DPR yang berbahasa Rusia.
Para administrator ini kemudian dikirim kembali ke Kiev dan administasi daerah-daerah ini akhirnya dijabat oleh orang-orang lokal setempat.
Bagaimana tanggapan rezim Kiev, Ibu Kota Ukraina?
Serangan militer diluncurkan di daerah Donbass. Perang ganas terjadi selama hampir satu tahun. Kedua daerah ini memiliki angkatan bersenjata mereka sendiri dan tidak ada pasukan Rusia yang terlibat, seperti yang diakui oleh komandan militer Ukraina.
Setelah kekalahan signifikan tentara Ukraina dalam pertempuran besar pada tahun 2015, perang terbuka berhenti.
Pada titik inilah Ukraina menyetujui negosiasi yang diatur Jerman, Perancis dan Rusia di Belarus di kota Minsk.
Kesepakatan Minsk 2014
Mereka menandatangani Kesepakatan Minsk yang terdiri dari 14 poin, yang kemudian disetujui oleh PBB, untuk tujuan menyelesaikan masalah LPR dan DPR.
Ukraina merundingkan kesepakatan dengan kedua wilayah ini yang akan memberi mereka tingkat otonomi, serupa dengan provinsi Kanada atau negara bagian Amerika Serikat.
Meskipun Ukraina menandatangani dokumen ini, dan meskipun LPR dan DPR sepenuhnya siap untuk merundingkan kesepakatan, Ukraina menolak untuk bernegosiasi dengan mereka walaupun ini melanggar kesepakatan yang disetujui PBB yang telah mereka tandatangani.
“Sebaliknya, militer Ukraina, yang dipimpin pasukan neo-Nazi Azov (lengkap dengan tanda pengenal Hitler) melanjutkan selama 7 tahun berikutnya untuk secara teratur menembaki wilayah sipil LPR dan DPR, Donbass, Ukraina timur, menyebabkan kerusakan infrastruktur substansial rumah sakit, sekolah, daerah pemukiman dan membunuh lebih dari 14.000 orang,” kata John Ryan.*
John Ryan, mengatakan, Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina, dalam posisi sangat terancam, bahkan ancaman pembunuhan, dari Organization of Ukrainian Nationalists Stephen Bandera (OUN-B) sebuah jaringan teroris didikan dan atau agen Central Inteligence Agency Amerikat Serikat (CIA AS) untuk melakukan destabilisasi Union of Soviet Socialis Republic (USSR) yang sejak 25 Desember 1991 berubah menjadi Federasi Rusia.
Baca juga: Diplomat Uni Eropa: Rusia Tak Akan Negosiasi, Hanya Ingin Menang
Baca juga: Putin Ucapkan Selamat Kepada Erdogan atas Terpilihnya Kembali sebagai Presiden
Hal itu dikemukakan John Ryan di The Unz Review, Rabu, 27 April 2022: “Long History of US-Russia Confrontation Analysis of Ukraine-Russia Relations”, dan diturunkan ke dalam edisi Bahasa Indonesia di Bergelora.com, Senin, 2 Mei 2022.
Baca juga: Pendukung Erdogan Rayakan Kemenangan Pemilu dengan Aksi Massa di Alun-Alun Pusat Kizilay
Baca juga: Unggul atas Calon Oposisi di Putaran ke Dua Pilpres, Erdogan Deklarasikan Kemenangan
Karena itu, bagi Rusia, pengumuman operasi militer khusus ke Ukraina timur Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, Kamis, 24 Februari 2022, dalam rangka menumpas teroris jaringan OUN-B (denafinakasi) dan demiiliterisasi Ukraina agar ada jaminan tidak masuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) dimotori Amerika Serikat.John Ryan, menanggapi Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan operasi militer khusus ke Ukraina timur, Kamis, 24 Februari 2022.
Baca juga: Anggota Partai Oposisi Turki Mengundurkan Diri, Beralih Dukung Erdogan?
Baca juga: Ancaman Rusia ke Barat soal Ukraina yang Bakal dapat Kiriman Jet Tempur F-16
John Ryan, mengatakan, Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, memberitahu Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, bahwa operasi militer khusus ke Ukraina, mengacu Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ini mengatur hak membela diri sebuah negara. Dalam pelaksanaan hak bela diri, mengutip ketentuan “pembelaan diri antisipatif” atau hak “pembelaan diri interseptif”.
Dua latar belakang
Mengacu kepada analisis John Ryan, maka latar belakang operasi militer khusus Rusia ke Ukraina, ada dua.
Pertama, dekrit Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky (pendukung setia idologi neo nazi, OUN-B), menyatakan perang dengan Rusia, untuk merebut kembali Crimea yang dalam referendum tahun 2014, menyatakan bergabung dengan Rusia.
Kedua, sejak 16 Februari 2022, terus meningkatnya intensitas penembakan artileri jaringan OUN-B (Resimen: Azov, Right Sector, Aidar dan Don) dilatih dan dipersenjatai Ukraina dan North Atlantic Treaty Organization (NATO) dimotori Amerika Serikat terhadap warga Ukraina timur penutur Bahasa Rusia di Luhansk People’s Republic (LPR) dan Donetsk People’s Republic (DPR).
Sebagai gambaran, militansi teroris Resimen: Azov, Right Sector, Aidar dan Don yang dilatih dan dipersenjatai Ukraina dan NATO di Ukraina untuk destabilitasi Rusia, setara dengan The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di timur tengah.
OUN-B di Ukraina, setara dengan jaringan teroris dan intoleran didikan CIA AS di Indonesia, seperti Islamiyah (JI), Jammah Asyarud Daullah (JAD), dan kaum intolerans/radikalis seperti Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam (FPI).
HTI sudah dibubarkan didasarkan Peratura Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017, dan berbagai aktifitas FPI dilarang terhitung Rabu, 30 Desember 2020.
Satu hari sebelumnya, 15 Februari 2022, Parlemen Rusia, yaitu Duma, merekomendasikan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk segera mengakui kemerdekaan DPR dan LPR, untuk menyelamatkan warga Ukraina penutur Bahasa Rusia.
John Ryan, menyebut, tidak kurang dari 14.000 warga Ukraina timur penutur Bahasa Rusia telah dibunuh jaringan OUN-B, yaitu Resimen: Azov, Right Sector, Aidar dan Don di DPR dan LPR selama 8 tahun (2014 – 2022).
Sungguh mengherankan John Ryan, bahwa Rusia tidak segera melakukan intervensi untuk mencegah pembantaian mengerikan yang tidak masuk akal di Donbass, Ukraina timur.
Tampaknya Rusia berharap bahwa pada akhirnya Ukraina akan sadar dan melembagakan perjanjian Minsk, yang akan mempertahankan wilayah-wilayah ini di Ukraina, tetapi dengan tingkat otonomi.
Tampaknya ini juga tidak dilakukan karena Amerika Serikat tidak pernah menyetujui Proposal Minsk.
“Juga perjanjian ini benar-benar ditentang jaringan OUN-B. Jaringan teroris OUN-B, mengancam membunuh siapa saja yang mencoba memberlakukan Perpanjian Minsk. Dengan demikian, tampaknya Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky sangat terintimidasi sehingga tampaknya tidak berani melakukan ini,” ujar John Ryan.
Negosiator Ukraina Denis Kireyev dibunuh
Sebagai bukti kekuatan dan pengaruh Azov (jaringan OUN-B) di Ukraina, anggota Resimen Azov membuktikannya pada Sabtu malam, 5 Maret 2022.
Tepat setelah pertemuan negosiasi pertama antara Ukraina dengan Rusia di Belarus, anggota Azov membunuh, Denis Kireyev, negosiator Ukraina yang secara serius mempertimbangkan proposal Rusia.
Ketika neo-Nazi, yaitu Resimen Azov (OUN-B) mengetahui hal ini, Denis Kireyev diculik dari rumahnya di Kiev, Ibu Kota Ukraina, menyiksanya dan kemudian menembaknya dan meninggalkan tubuhnya di jalan di depan gedung Parlemen Ukraina: Rada, Sabtu malam, 5 Maret 2022.
“Peringatan yang jelas untuk Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina. Nyawa Volodymyr Zelensky, sangat terancam. Volodymyr Zelensky berani berdamai dengan Rusia, berarti nyawa taruhannya,” kata John Ryan.
Sebagai catatan, perlu dicatat bahwa Volodymyr Zelensky memenangkan pemilihan presiden pada April 2019 melawan petahana Poroshenko dengan 73% suara.
Platform pemilihannya didasarkan pada membangun hubungan baik dengan Rusia dan berjanji untuk memberlakukan perjanjian Minsk dengan Donetsk dan Lugansk.
“Jelas, inilah yang diinginkan sebagian besar penduduk Ukraina. Namun, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina, benar-benar mundur dari janji-janji pemilihan ini, tampaknya karena ancaman jaringan teroris UON-B yang dinyatakan sebagai teroris di Rusia. Jadi ini menunjukkan kekuatan gaya reaksioner ini,” ungkap John Ryan.
Awalnya ditolak Vladimir Putin
Terhadap rekomendasi Duma, awalnya, rekomendasi Duma, ditolak Vladimir Putin, Presiden Federasi Rusia.
Dasar penolakan Vladimir Putin, karena tahun 2014, tujuan referendum yang sudah dicapai DPR dan LPR, hanya meminta otonomi khusus dari Ukraina, demi menjamin keamanan warga Ukraina di bagian timur penutur Bahasa Rusia.
Akan tetapi kemerdekaan DPR dan LPR diakui Rusia pada 21 Februari 2022, setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mendapat laporan rencana CIA AS peralat Presiden Volodymyr Zelensky sebagai pion russophobia: ancaman nyata terhadap kedaulatan Rusia.
Pembantaian warga Ukraina di Donbass penutur Bahasa Rusia, memaksa Vladimir Putin, Presiden Federasi Rusia, untuk membuat pilihan yang sulit: membantu Donbass secara militer dan menciptakan masalah internasional, atau hanya diam dan menonton orang-orang Donbass yang berbahasa Rusia dihancurkan akibat korban genosida.
Inilah melatarbelakangi operasi militer khusus Rusia ke Ukraina sejak Kamis, 24 Februari 2022.
“Nazisme dan fasisme adalah faktor yang sangat nyata di Ukraina, dan mereka telah didokumentasikan secara luas,” kata John Ryan.
AS jadikan Rusia musuh abadi
John Ryan, mengatakan, dalam peradaban global setelah Perang Dunia II (1941 – 1945), USSR sebagai pemenang mengalahkan Nazi Jerman pimpinan diktator Kanselir Adolf Hilter dan Amerika Serikat menang lawan Jepang (setelah bom atom dijatuhkan di Hirosima, 6 Agustus 1945 dan Nagasaki, 9 Agustus 1945).
Kendati sama-sama sebagai pemenang, Amerika Serikat tetap melihat USSR (Rusia) sebagai musuh abadi, dengan pertimbangan, tidak boleh ada matahari kembar dalam tatanan global.
Tatanan global, mesti Amerika Serikat oriented.
Argumentasi John Ryan, dilihat dari sejarah konfrontasi yang panjang dengan Rusia.
Ini kembali ke masa revolusi Lenin pada tahun 1917 yang sukses menggulingkan Tsar dan mendirikan pemerintahan baru USSR atau dikenal dengan Uni Soviet berlandaskan pada komunisme.
Bersama lebih dari selusin negara lain, pada tahun 1918, Amerika Serikat mengirim 13.000 tentara untuk melawan pasukan Bolshevik yang dipimpin Lenin.
Meskipun ini adalah campur tangan besar dalam urusan negara lain, lebih dari 250.000 tentara asing ambil bagian dalam perang melawan pasukan Rusia.
Pasukan USSR bertempur dengan semangat patriotik, dan pasukan asing membuat sedikit kemajuan dan terpaksa mundur pada tahun 1920.
Amerika Serikat akhirnya menjalin hubungan diplomatik dengan USSR tahun 1933 dan hubungan yang dingin terus berlanjut hingga saat ini.
Ketika Nazi Jerman menyerang USSR pada Juni 1941, posisi Amerika Serikat diungkapkan Senator Amerika Serikat saat itu Harry Truman ketika, berkata:
“Jika kita melihat bahwa Jerman menang, kita harus membantu Rusia dan jika Rusia menang, kita harus membantu Jerman, dan dengan cara itu biarkan mereka membunuh sebanyak mungkin, meskipun saya tidak ingin melihat Adolf Hitler menang dalam keadaan apa pun.”
Nazi Jerman dapat dikalahkan, terutama melalui pertempuran yang dilakukan oleh pasukan USSR, tetapi alih-alih berterima kasih atas prestasi bersejarah ini, Amerika Serikat terbujuk oleh salah satu faksi elit pejabat di dalamnya yang membenci Rusia untuk memulai tindakan yang sama sekali berbeda.
Ini dimulai dengan keputusan kriminal yang sama sekali tidak perlu,– menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki,– yang menewaskan dan melukai sedikitnya 200.000 orang Jepang.
Menurut John Ryan, Jepang sebelumnya telah sepenuhnya siap untuk menyerah dan karena itu, hampir semua pejabat tinggi militer, termasuk Eisenhower dan McArthur,– menentang penggunaan bom atom.
Namun, lingkaran penasihat Harry Truman, Presiden Amerika Serikat, meyakinkannya untuk melakukan ini.
“Sebenarnya, ini bukan untuk mengakhiri perang terhadap Jepang, tetapi untuk menunjukkan kepada USSR bahwa ini dapat terjadi pada USSR jika mereka tidak mengikuti perintah Amerika Serikat,” ungkap John Ryan.
Pada tanggal 25 September 1975 beberapa dokumen rahasia dari Departemen Perang AS, tertanggal 15 September 1945, telah dibuka.
Dokumen-dokumen ini, menurut John Ryan, mengungkapkan, secara gamblang, bahwa Amerika Serikat telah merencanakan serangan nuklir secara sistimatis dengan 204 bom atom untuk menghancurkan 66 daerah perkotaan utama di USSR.
“Kalau sampai terjadi maka, serangan nuklir ini akan menjadi kejahatan terhadap kehidupan manusia (kejahatan terhadap kemanusiaan atau crime against humanity). Tidak cukup disebut sebagai genosida,” ungka John Ryan.
Dokumen utama mengacu pada “the number of atomic bombings which should be available to insure our national security” (sejumlah bom atom yang bisa memastikan keamanan nasional).
Amerika Serikat takut Rusia
Sehubungan dengan “to insure our national security”, pertanyaan yang masuk akal adalah mengapa Amerika Serikat begitu takut pada USSR (Rusia) yang hancur karena perangnya dengan Nazi Jerman.
Sehingga Amerika Serikat masih memerlukan penghancuran nuklir besar-besaran lebih lanjut pada Rusia agar Amerika Serikat “aman.”
Alasan sebenarnya tidak diragukan lagi adalah keinginan Amerika Serikat untuk menghancurkan sistem sosialis-komunis USSR (kendatipun sekarang partai komunis tidak dominan lagi di Rusia) yang juga menjadi alasan yang sama untuk serangan Adolf Hitler ke USSR.
Laporan lebih lanjut tentang masalah ini menyatakan bahwa: menurut perkiraan para jenderal Amerika Serikat, serangan itu dapat mengakibatkan kematian sekitar 285 hingga 425 juta orang.
“Artinya termasuk beberapa negara sekutu USSR di Eropa juga harus benar-benar musnah,” kata John Ryan.
USSR menyadari rencana Amerika Serikat dan mengembangkan bom atom mereka sendiri pada tahun 1949.
Ini terjadi sebelum Amerika Serikat memiliki 204 bom untuk serangan mereka. Dan begitu USSR memiliki bom atom sendiri, Amerika Serikat menyadari bahwa jika mereka melancarkan serangan, kota-kota Amerika juga akan terkena.
“Hasil keseluruhan adalah Perang Dingin (1945 – 1991) berikutnya dan perlombaan senjata nuklir,” kata John Ryan.
Politisi Ukraina pro Rusia dibunuh
John Ryan mencermati pernyataan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky bahwa “akan ada konsekuensi bagi kolaborator” menunjukkan bahwa kekejaman ini telah disetujui oleh tingkat pemerintahan tertinggi, pasca opersi militer khusus Rusia ke Ukraina.
Media Barat telah melihat ke arah lain, bagaimanapun, karena Volodymyr Zelensky dan pejabat tinggi dalam pemerintahannya telah menyetujui kampanye penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan anggota parlemen lokal Ukraina yang dituduh bekerja sama dengan Rusia.
John Ryan mengatakan, beberapa wali kota dan pejabat Ukraina lainnya telah tewas sejak pecahnya perang, banyak dilaporkan oleh agen negara Ukraina setelah terlibat dalam pembicaraan de-eskalasi dengan Rusia.
Volodymyr Zelensky telah jauh mengeksploitasi suasana perang untuk melarang serangkaian partai oposisi dan memerintahkan penangkapan saingan utamanya.
Dekrit otoriternya telah memicu penghilangan, penyiksaan dan bahkan pembunuhan sejumlah aktivis hak asasi manusia, organisator komunis dan kiri, jurnalis dan pejabat pemerintah yang dituduh simpati “pro-Rusia”.
Pada tahap ini, menurut John Ryan, Rusia telah menarik sebagian besar pasukannya dari Kiev dan tempat-tempat lain dan telah memusatkan mereka di daerah DPR dan LPR untuk menghadapi sebagian besar pasukan Ukraina.
Ini akan menjadi fase dua dalam kampanye mereka, dan satu-satunya pertempuran terpenting akan segera terjadi.
Kebohongan Barat
John Ryan merujuk pada pidato yang disampaikan Vladimir Putin beberapa waktu lalu dimana kembali ke sejarah saat USSR tertarik untuk menyatukan kembali Jerman Timur dan Barat dan melonggarkan kontrolnya atas negara-negara Eropa timur yang bergabung dengan USSR setelah Perang Dunia II.
Selama negosiasi penting pada tahun 1990 Presiden USSR, Mikil Gorbachev diyakinkan berulang kali oleh Amerikat Serikat dan para pemimpin NATO lainnya bahwa jika menyetujui semua reformasi ini.
NATO tidak akan bergerak dari batas-batasnya ‘satu inci pun’. Dengan jaminan seperti itu, Mikail Gorbachev mengizinkan penyatuan kembali Jerman dan USSR kemudian melepaskan semua kontrol dan aliansi dengan banyak negara di sepanjang perbatasan di bagian barat.
“Alih-alih menghormati janjinya untuk tidak maju ‘seinci pun’ menuju Rusia. Faktanya, NATO, dipimpin Amerika Serikat, ‘menyerap’ semua 15 negara baru pecahan USSR, terakhir coba rekrut Ukraina dan Georgia ke dalam lipatannya pasca USSR bubar pada 25 Desember 1991. Jadi janji-janji Barat saat itu tidak lebih dari kebohongan,” ujar John Ryan.
Kemudian pada 28 Februari 2022, dalam membahas sanksi yang dijatuhkan kepada Federasi Rusia sebagai akibat operasi militer di Ukraina, Vladimir Putin menyebut Barat sebagai Empire of Lies.
Sejarah akhirnya menegaskan pada Federasi Rusia bagaimana menilai Barat. Menariknya, sejak Vladimir Putin membuat komentar ini, begitulah Amerika Serikat dirujuk oleh sejumlah komentator.
“Sejak perang ini dimulai di Ukraina, telah terjadi sensor luar biasa di Barat. Masyarakat di Barat yang mencintai kebebasan, dengan tidak hanya semua media Rusia yang disensor tetapi juga siapa pun di Barat yang kritis terhadap penggambaran Amerika Serikat atau Barat tentang berbagai peristiwa di Ukraina. Kita memang hidup di zaman yang menarik,” ungkap John Ryan.
OUN-B asset CIA
Ketua Komite Persahabatan Federasi Rusia dan Republiik Indonesia, Joko Purwanto, Nazi di Ukraina sudah menjadi asset politik CIA sejak Perang Dunia II (1941 – 1945) berakhir.
Stephen Bandera, lahir 1 januari 1909 dan dibunuh agen spionase Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti Union of Soviet Socialist Republic (KGB-USSR) yang sekarang berubah menjadi Sluzhba Vneshney Razvedki Federasi Rusia (SVR-FR) di Munich, Jerman, 15 oktober 1959.
Sisa-sisa pendukung Stephen Bandera, mundur ke Barat ketika USSR dan memukul mundur Nazi Jerman di Ukraina.
Jaringan nazi Ukraina bentukan Stehen Bandera, disebut Organisasi Nasionalis Ukraina, The Organization of Ukrainian Nationalists (OUN). Karena dipimpin Stepan Bandera kemudian jaringan nazi Jerman di Ukraina disingkat OUN-B (karena B mengambil singkatan nama Stepan Bandera).
“Jaringan Nazi Stephen Bandera kabur ke wilayah dikuasai sekutu (komplotan Amerikat). Oleh jaringan Office of Strategic Services (OSS) pendahulu Central Inteligency Agency diselamatkan: dilindungi,” ujar Joko Purwanto.
Sehingga USSR gagal membawa Stephen Bandera dan kawan-kawan ke Pengadilan Nuremberg. Total ada 150 ribuan orang eks nazi yang diekstradisi ke Amerika Serikat dan Canada. Termasuk jaringan intelijen Nazi, ilmwan Nazi dan sebagainya.
Jaringan sisa Stephen Bandera di Ukraina dan jaringan intelijen Nazi mengoperasikan politik Amerika Serikat dan NATO dengan pemberontakann di Ukraina bagian barat tahun 1946 – 1954 (ketika Ukraina masih bagian dari USSR).
“Tujuannya, satu, yaitu mendestabilisasi Union of Soviet Socialist Republic atau sekarang mendestabilitasi Federasi Rusia,” kata Joko Purwanto.
Stephen Bandera di bulan-bulan awal Perang Dunia II, bekerja sama dengan Nazi Jerman, tetapi ketika Stephen Bandera menyatakan ukraina negara merdeka, kemudian ditangkap pada 15 September 1941 dan kemudian dipenjarakan di kampu konsentrasi Sachsenhausen Pada tahun 1944, Jerman dengan cepat kehilangan supremasinya dalam perang sebelum Sekutu maju, Stpehen Bandera dirilis, dengan harapan akan mencegah maju pasukan USSR.
Pada tanggal 22 Januari 2010, Presiden Ukraina, Viktor Yuschenko, memberikan Bandera penghargaan sebagai Pahlawan Ukraina, tapi dikutuk Parlemen Eropa, Rusia, Polandia dan organisasi-organisasi Yahudi, dan dinyatakan illegal.
Oleh Presiden Ukraina selanjutnya, Viktor Yanukovych (cukup familiar dengan Federasi Rusia) penetapan Stephen Bandera sebagai Pahlawan Nasional dibawa ke Pengadilan untuk dicabut pada April 2010.
Pada Januari 2011, penghargaan Pahlawan Nasional bagi Stephen Bandera, resmi dibatalkan. Tapi Stephen Bandera, tetap menjadi tokoh kontroversial hari ini baik di Ukraina dan internasional.
Sampai sekarang, jaringan OUN-B, ini, masih eksis di Ukraina. Jaringan OUN-B, sekarang bermetamorfosa menjadi Azov, Right Sector, Aidar dan Don.
Kudeta terhadap Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych tahun 2014, atas dukungan CIA AS, karena dituding cukup familiar dengan Federasi Rusia, menjadi booster kebangkitan Nazi dari jaringan UON-B di Ukraina.
Tujuan besar kehadiran jaringan UON-B yang sekarang bermetamorfosa menjadi Azov, Right Sector, Aidar dan Don, sejak Presiden Federasi Rusia, Boris Yeltsin dan kemudian digantikan Presiden Rusia, Vladimir Putih tahun 2000, adalah mendestabilisasi Rusia.
Joko Purwanto, mengatakan, operasi CIA untuk destabilisasi Rusia, sudah dilakukan semenjak Presiden Amerika Serikat dijabat Presiden Hussein Barac Obama (20 Januari 2009 – 20 Januari 2017), Presiden Donald John Trump (20 Januari 2017 – 20 Januari 2021) dan Presiden Josef R Biden (20 Januari 2021 – sampai sekarang).
Sejarah Ukraina
Berkenaan dengan Ukraina, tidak seperti Rusia dengan sejarahnya yang lebih dari 1.000 tahun, Ukraina, sebagai teritorial, dimulai sekitar tahun 1650 dan memiliki latar belakang sejarah yang kompleks.
Untuk memahami konflik saat ini, penting untuk diingat bahwa Rusia dan Ukraina pernah hidup yang relatif harmonis ketika mereka berdua adalah bagian dari USSR. Ini terputus dengan keras pada tahun 1941, ketika Nazi menginvasi USSR, dengan terlebih dahulu mengambil alih wilayah Ukraina.
Penting untuk diketahui bahwa sebagian besar orang Ukraina melawan invasi Nazi, seperti yang dilakukan Rusia, dan menderita kerugian lebih dari 6 juta orang, militer dan sipil.
Namun, merupakan fakta sejarah bahwa sebagian orang di Ukraina barat mendukung Nazi dan bahkan membentuk beberapa divisi pasukan untuk melawan tentara USSR.
Ini dilakukan di bawah khayalan aneh bahwa entah bagaimana setelah perang Nazi akan mengizinkan mereka untuk memiliki negara merdeka, independen dari Rusia.
Pemimpin mereka yang paling menonjol adalah Stepan Bandera (Ukrainan Organization Nationalist Sthephen Bandera (OUN-B) , seorang kolaborator dengan Hitler yang memimpin likuidasi ribuan orang Polandia, Yahudi, dan minoritas lainnya.
“Ironisnya, Stephen Bandera (OUN-B), kini, dianggap sebagai pahlawan utama oleh pemerintahan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky,” ujar John Ryan.
Sementara itu, berdasarkan kebijakan rasial Nazi, semua orang Slavia, Yahudi, Roma, dan orang kulit hitam dianggap sebagai Untermenschen atau “di bawah manusia” dan “orang yang lebih rendah” yang jika memungkinkan, harus dimusnahkan dengan satu atau lain cara.
Terlepas dari filosofi terbuka gerombolan Nazi yang menyerang, sebagian orang Ukraina di wilayah Galicia di Ukraina barat entah bagaimana merasa bahwa jika mereka bekerja sama dengan Nazi, bahwa setelah kekalahan USSR, mereka entah bagaimana akan memperoleh negara Ukraina yang merdeka.
“Ini delusi total, tapi fakta sejarah!” kata John Ryan
Tindakan mengerikan neo nazi di Ukraina
Menurut John-Paul Himka, seorang pensiunan profesor dari Universitas Alberta, seperempat dari semua korban Holocaust tinggal di Ukraina, dan ultra-nasionalis Ukraina bekerja sama dengan Nazi dalam melakukan tindakan mengerikan mereka.
Jika ada orang Ukraina yang bersedia bekerja sama dengan pasukan Nazi Jerman,– maka akan diterima secara sinis oleh Nazi.
Dan dengan cara ini, sekutu Nazi Ukraina ini melanjutkan untuk membunuh ribuan orang Polandia di daerah Lvov dan mereka berpartisipasi dalam membunuh lebih dari 30.000 orang Yahudi yang mayatnya kemudian dibuang ke jurang Babi Yar dekat Kiev.
Pada akhir Perang Dunia II, ribuan kolaborator Nazi Ukraina ini berhasil mundur ke Jerman dan kemudian entah bagaimana berhasil diterima sebagai “pengungsi” di Kanada dan Amerika Serikat.
Di Ukraina mereka diperlakukan sebagai kolaborator Nazi dan tidak pasti apa yang terjadi pada mereka.
Sekarang 77 tahun sejak perang berakhir, dan kita akan berpikir era Nazi adalah sejarah masa lalu, tetapi tampaknya beberapa keturunan kolaborator ini masih ada di tempat kejadian sebagai “neo-Nazi.”
Dan sayangnya neo-Nazi ini terus mempromosikan kebencian dan supremasi kulit putih dan menyerang ras dan etnis minoritas, dan dalam beberapa kasus siap untuk hidup di negara fasis.
Dalam gejolak di USSR tahun 1991, Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara merdeka pada 24 Agustus 1991. Pada 25 Desember 1991, Mikhail Gorbachev mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden USSR, dan digantikan Borish Yeltsin.
Setelah pembubaranUSSR pada 25 Desember 1991, Amerika Serikat mendominasi dunia, dan baru setelah Vladimir Putin, Presiden Rusia sejak tahun 2000, Rusia sekali lagi mulai memiliki pengaruh dunia.
Kudeta EuroMaidan 2014
Adapun Ukraina, setelah kemerdekaannya berjuang bersama, tetapi baru pada tahun 2014 terjadi peristiwa bencana yang mengubah jalannya sejarah secara total di negara itu.
Amerika Serikat berhasil melakukan kudeta yang menggantikan presiden yang dipilih secara demokratis dan memasang rezim di mana neo-Nazi terus memainkan peran utama.
Segera setelah kudeta, Victoria Jane Nuland, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Urusan Politik, dengan gembira mengkalim bagaimana Amerika Serikat menghabiskan lima miliar dolar untuk memungkinkan kudeta terjadi di Ukraina, 2014.
Victoria Jane Nuland, bahkan mengklaim memiliki andil dalam memilih siapa yang harus berada di kabinet dan siapa yang harus menjadi presiden baru dan jika uni Eropa tidak menyukainya, “Fuck the EU” semua ini ada dalam catatan.
Setelah kudeta, dua partai yang pada dasarnya fasis dan neo-Nazi, teroris, yaitu Svoboda dan Right Sector, memegang posisi penting dalam pemerintahan baru—mereka membentuk sepertiga dari kabinet.
Ini terlepas dari kenyataan bahwa Svoboda hanya memiliki 8 persen kursi di Rada dan Sektor Kanan tidak memiliki anggota terpilih.
Kemudian para pengikut partai-partai ini membentuk kekuatan militer Azov, yang secara terbuka menampilkan simbol-simbol militer Adolf Hitler.
Sementara rezim baru Ukraina sibuk memberdayakan kaum fasis, mereka melucuti hak partai komunis untuk berpartisipasi dalam pemilu tahun 2015 dan mengeluarkan undang-undang ‘dekomunisasi’ yang kontroversial.
Undang-undang ini, menurut Joh Ryan, melarang tampilan simbol USSR dan mengubah status hari libur 9 Mei yang menandai kemenangan USSR atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Hapus istilah Great Patriotic War
Undang-undang tersebut akan menghapus semua penyebutan ‘the Great Patriotic War’ (demikian USSR mengartikan Perang Dunia II).
Puluhan ribu jalan telah diganti namanya, bersama dengan hampir seribu kota dan desa. Lebih dari dua ribu patung dan monumen juga telah dipindahkan dalam proyek budaya anti-komunis ini.
Meskipun kritik luas, pemerintah saat ini telah menolak untuk mencabut undang-undang tersebut.
Faktanya, Amerika Serikat terus bekerja dengan kaum fasis Ukraina dalam kampanye destabilisasi tanpa akhir melawan Rusia.
Menurut spesialis CIA AS, Douglas Valentine, “CIA telah mengembangkan aset fasis di Ukraina selama 70 tahun.”
Nazisme dan fasisme adalah faktor yang sangat nyata di Ukraina, dan mereka telah didokumentasikan secara luas.
Mengingat apa yang telah terjadi, tidak mengherankan bahwa Ukraina adalah satu-satunya negara, bersama dengan Amerika Serikat, yang menentang rancangan resolusi Majelis Umum PBB “memerangi pemuliaan Nazisme, neo-Nazisme, dan praktik-praktik lain yang berkontribusi terhadap bentuk-bentuk kontemporer dari rasisme, diskriminasi rasial, xenofobia, dan intoleransi yang berkaitan”.
Sehari setelah pemerintah kudeta dibentuk, tindakan pertamanya adalah mengesahkan undang-undang untuk melarang penggunaan bahasa Rusia dalam kapasitas resmi apa pun dan melarang semua media Rusia di Ukraina.
Hal ini dilakukan meskipun seperlima dari populasi Ukraina adalah etnis Rusia dan sekitar 40% dari populasi berbicara bahasa Rusia.
Faktanya, bagian timur Ukraina dan Crimea hampir seluruhnya merupakan etnis Rusia, dengan sejarah Rusia yang sudah berusia lebih dari seribu tahun. Dan tiba-tiba bahasa mereka dilarang!
“Untuk menempatkan masalah ini dalam perspektif orang Canada, bayangkan jika pemerintah yang baru dilantik di Ottawa, Ibu Kota Canada, tiba-tiba melarang penggunaan bahasa Perancis sebagai bahasa resmi di Canada,” kata John Ryan.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan Quebec untuk menyerukan referendum dan kemudian melanjutkan untuk memisahkan diri dari Canada?
Populasi penutur Bahasa Rusia
Sebenarnya, inilah yang terjadi di Crimea, di mana sebagian besar orang berbicara bahasa Rusia. Mereka melakukan referendum pada 16 Maret 2014 dan dengan jumlah pemilih 83 persen, ada 97 persen suara untuk memisahkan diri dari Ukraina.
“Karena etnis Rusia hanya membentuk 58 persen dari populasi, itu berarti bahwa sebagian besar orang Ukraina dan Tatar Crimea juga memilih untuk memisahkan diri dari Ukraina. Crimea kemudian mengajukan banding ke Rusia untuk diterima ke dalam Federasi Rusia, dan Rusia melanjutkan untuk melakukan ini,” ungkap John Ryan.
Terlepas dari referendum di Crimea, menurut John Ryan, untuk memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Federasi Rusia, Rusia terus-menerus dituduh mencaplok Crimea, yaitu, melakukan akuisisi paksa sebagian wilayah Ukraina, yang merupakan kebohongan terang-terangan.
Ukraine’s President Volodymyr Zelensky gives a joint press conference with Germany’s Chancellor Olaf Scholz, following their meeting at the Mariinskyi Palace. Irina Yakovleva/TASS
Untuk menambah kebohongan ini, tidak ada seorang pun di Barat yang pernah merujuk pada referendum Crimea, yang dipantau oleh tim pengamat Barat.
Sementara itu, tanpa referendum, Kosovo terlepas dari Serbia dengan persetujuan penuh dari Amerika Serikat. Faktanya, Amerika Serikat, merekayasa ini semua.
Adapun keputusan Rusia untuk campur tangan secara militer di Ukraina, pemerintah dan rakyat masih ingat dengan jelas bahwa USSR kehilangan 27 juta orang melawan Nazi pada 1940-an.
Adalah Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy dalam pidatonya yang mengesankan pada 10 Juni 1963 di American University yang menyatakan, “Dan tidak ada negara dalam sejarah pertempuran yang pernah menderita lebih dari yang diderita USSR selama Perang Dunia II, 1941 – 1945.”
“Setidaknya 20 juta kehilangan nyawa mereka. Jutaan rumah dan pertanian yang tak terhitung jumlahnya dibakar atau dijarah. Sepertiga dari wilayah negara, termasuk hampir dua per tiga dari basis industrinya, berubah menjadi gurun—kerugian yang setara dengan kehancuran negara ini di sebelah timur Chicago.”
Untuk memperjelas maksudnya kepada publik Amerika Serikat, John F Kennedy membandingkan kehancuran di USSR dengan Amerika Serikat: kerugian yang setara dengan kehancuran negara ini di sebelah timur Chicago.
“Jadi sekarang dengan neo-Nazi yang pada dasarnya mengendalikan Ukraina, serta memilikinya dalam konstitusi mereka untuk bergabung dengan NATO dan dengan presidennya berbicara tentang memperoleh senjata nuklir, seharusnya tidak ada misteri bagaimana perasaan Rusia tentang hal ini,” kata John Ryan.
Dengan senjata nuklir di Ukraina, dibutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk menghancurkan Moscow, tanpa kemungkinan memblokir serangan seperti itu. Rusia dan rakyatnya tidak siap untuk menjalani Perang Dunia II lagi. Tidak dalam jangka panjang ataupun jangka pendeknya.
Bagaimana bisa jadi seperti ini?
Setelah kudeta tahun 2014 dan undang-undang yang melarang bahasa Rusia dalam semua urusan hukum, rezim baru Kiev mengirim sekelompok administrator mereka untuk mengambil alih kantor-kantor pemerintah di wilayahLPR dan DPR yang berbahasa Rusia.
Para administrator ini kemudian dikirim kembali ke Kiev dan administasi daerah-daerah ini akhirnya dijabat oleh orang-orang lokal setempat.
Bagaimana tanggapan rezim Kiev, Ibu Kota Ukraina?
Serangan militer diluncurkan di daerah Donbass. Perang ganas terjadi selama hampir satu tahun. Kedua daerah ini memiliki angkatan bersenjata mereka sendiri dan tidak ada pasukan Rusia yang terlibat, seperti yang diakui oleh komandan militer Ukraina.
Setelah kekalahan signifikan tentara Ukraina dalam pertempuran besar pada tahun 2015, perang terbuka berhenti.
Pada titik inilah Ukraina menyetujui negosiasi yang diatur Jerman, Perancis dan Rusia di Belarus di kota Minsk.
Kesepakatan Minsk 2014
Mereka menandatangani Kesepakatan Minsk yang terdiri dari 14 poin, yang kemudian disetujui oleh PBB, untuk tujuan menyelesaikan masalah LPR dan DPR.
Ukraina merundingkan kesepakatan dengan kedua wilayah ini yang akan memberi mereka tingkat otonomi, serupa dengan provinsi Kanada atau negara bagian Amerika Serikat.
Meskipun Ukraina menandatangani dokumen ini, dan meskipun LPR dan DPR sepenuhnya siap untuk merundingkan kesepakatan, Ukraina menolak untuk bernegosiasi dengan mereka walaupun ini melanggar kesepakatan yang disetujui PBB yang telah mereka tandatangani.
“Sebaliknya, militer Ukraina, yang dipimpin pasukan neo-Nazi Azov (lengkap dengan tanda pengenal Hitler) melanjutkan selama 7 tahun berikutnya untuk secara teratur menembaki wilayah sipil LPR dan DPR, Donbass, Ukraina timur, menyebabkan kerusakan infrastruktur substansial rumah sakit, sekolah, daerah pemukiman dan membunuh lebih dari 14.000 orang,” kata John Ryan.*
TOPIK TERKAIT:
-
Tingginya Ketegangan Antara Cina dan Jepang Usai KTT G7
-
Sepekan Jelang Coblosan, Capres Sinan Ogan Alihkan Dukungan ke Erdogan
-
Top 3 Dunia: Raja Thailand Berang, Bakhmut dan Hiroshima, serta F-16 untuk Ukraina
-
Rusia Peringatkan Risiko Besar Jika Barat Kirim F-16 ke Ukraina
-
Mengapa Lembaga Survei Gagal Memprediksi Hasil Pilpres Turki?
-
Erdogan Yakin Menang Telak di Putaran Kedua Pilpres Turki
-
PMC "Wagner" Mencapai Kemajuan di Kota Bakhmut
-
Sisa 5% Wilayah yang Belum Direbut, PMC "Wagner" Terancam oleh Kekurangan Amunisi di Bakhmut
-
Cari Dukungan Jet Tempur Barat, Presiden Zelensky: Ukraina Tidak Menyerang Wilayah Rusia
JALURINFO VIDEO NEWS

Dragon's Breath Flight Line di pulau pribadi Royal Caribbean di Haiti

Shiraz, Masjid Nasir al-Mulk

Suasana Kepanikan Pengunjung Mall Trans Studio Makassar saat Kebakaran

Breaking News: Mall Trans Studio Makassar Terbakar

Keindahan dan Keunikan di Air Terjun Tertinggi di Dunia di Venezuela



JALURINFO TV NETWORK
BERITA TERKINI:
PT FBS Berikan Kompensasi dan Peluang Kerja untuk Masyarakat di Lasusua Kolaka Utara
Viewnum 485
2 hari yang lalu
Kapolres Enrekang Galang Soliditas Personil Bersama TNI DIM 1419 Dan Awak Media Lewat Olahraga
Viewnum 648
3 hari yang lalu
Sosialisasi Advokasi Hukum Anggota Polri Disiapkan Sie Hukum Polres Enrekang
Viewnum 681
3 hari yang lalu
Bunda PAUD Lutim Hadiri Puncak Bulan Pendidikan Merdeka Belajar Tahun 2023 Di Makassar
Viewnum 873
3 hari yang lalu
Pelayanan Poliklinik Mata RSUD I Lagaligo Lutim Gunakan Peralatan Canggih
Viewnum 797
3 hari yang lalu
Dorong Maksimalisasi Keterbukaan Informasi Publik, Diskominfo-SP Gowa-USAID Erat Tingkatkan Kapasitas Pejabat PPID
Viewnum 926
4 hari yang lalu
TERPOPULER HARI INI

Syifa, Gadis Asal Gowa Tepilih Jadi Duta Genre Sulsel 2023
ViewNum 1222 kali

Tanah Bergeser di Herlang, Sekda Ali Saleng : Akan Dikaji Pihak Unhas
ViewNum 1117 kali

Kenapa Nabi Isa Dipilih untuk Membunuh Dajjal?
ViewNum 1312 kali

Gelar Rakor Pasca Supervisi, Priska Evaluasi 10 Program PKK 18 Kecamatan
ViewNum 1474 kali

Kunjungi Bulukumba, Kapolda Sulsel Minta Polres Perkuat Sinergitas
ViewNum 1352 kali

GASWO FC Juara Turnamen Balantang Cup VI Tahun 2023
ViewNum 1243 kali
