

Catatan Dahlan Iskan Rusia vs Ukraina: Rapat Gelap.
Opini | 2022-03-08

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Dahlan Iskan
JALURINFO.COM, Maros-
Pembangkit listrik Ukraina yang dikuasai Rusia, listrik di Taiwan yang mati. Nyaris total. Di seluruh negara. Rabu lalu.
Hari itu tokoh Amerika Serikat baru saja mendarat di Taipei: menteri luar negeri di zaman Presiden Donald Trump, Mike Pompeo.
Baca juga: SKETSA-SKETSA
Tiba-tiba lampu mati. Hampir di seluruh Taiwan. Pertemuan tetap dilangsungkan. Siaran langsungnya yang dibatalkan.
Keduanya membahas isu yang lagi hot saat ini: kemungkinan Tiongkok berbuat seperti Rusia atas Ukraina.
Baca juga: Sketsa-Sketsa
Tiongkok sewot dengan istilah itu. Yang dilakukan Rusia adalah menyerang negara lain. Sedang Taiwan adalah salah satu provinsinya sendiri.
Tiongkok telah menawarkan kompromi: satu negara tiga sistem. Ada sistem di Tiongkok daratan yang sosialiatis, ada sistem kedua di Hong Kong, dan sistem ketiga di Taiwan yang demokratis.
Taiwan, di bawah Tsai Ing-wen, tetap berkehendak sebagai negara merdeka yang berdaulat.
Isu Tiongkok akan menyerbu Taiwan memang santer. Dan harus berhasil dalam satu malam.
Sudah harga mati bagi Tiongkok: Taiwan harus kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Secara damai. Kalau perlu dengan kekerasan.
Dari kalimat terakhir itulah muncul analisis: Tiongkok akan menyerbu Taiwan. Kapan? Hanya Xi Jinping yang tahu.
Konon hanya Xi Jinping pula yang tahu kapan Rusia menyerang Ukraina: “jangan sebelum Olimpiade musim dingin di Beijing”. Maka seminggu setelah Olimpiade serangan pun dimulai.
Apakah kalau Tiongkok menyerang Taiwan, Amerika juga bersikap sama dengan Ukraina?
Apakah Amerika sudah benar-benar tidak mau kirim tentara ke mana pun –sejak yang di Afghanistan pun ditarik?
Itulah pokok pembicaraan berbagai delegasi Amerika ke Taiwan. Setidaknya, kedatangan delegasi itu membuat tenang Taiwan –di tengah berita perang di Ukraina.
Taiwan telanjur jadi produsen chip terbesar bagi Amerika Serikat –dan hanya pabrik itu yang listriknya tidak ikut mati.
Bagi Amerika, Taiwan amat rumit. Tidak semudah melepas tangan seperti di Ukraina. Bagi Tiongkok, Taiwan juga rumit. Buntut serangan pada Taiwan sangat panjang.
Tapi akan ada serangan atau tidaknya ke Taiwan harus menunggu momentum.
Pemantik momentum itu hanya satu: kapan Taiwan berani mengumumkan proklamasi sebagai negara merdeka.
Hanya itu. Begitu proklamasi itu dinyatakan, Tiongkok tidak punya pilihan lain: menggempurnya. Itu amanat UUD Tiongkok: untuk menyatukan seluruh wilayah negara –termasuk Taiwan.
Sepanjang proklamasi itu tidak dilakukan, rasanya Tiongkok masih sabar menanti.
Persoalannya: penyatuan itu telah menjadi sumpah Xi Jinping –harus terjadi dalam masa kepemimpinannya.
Untunglah konstitusi yang membatasi masa jabatan presiden maksimal dua periode sudah dicabut. Berarti Xi Jinping masih punya waktu lebih lama.
Di tengah kegemparan perang Ukraina ini, Tiongkok justru lebih menyuarakan isu dalam negeri: bagaimana ekonomi bisa bertahan di tengah gelombang keempat Covid dunia.
Pertumbuhan ekonominya yang 6 persen tahun lalu bisa turun tinggal 5,5 persen tahun ini.
Maka, minggu ini, ketika di Tiongkok dilakukan sidang pleno partai Komunis, agenda utamanya hanya soal ekonomi itu.
Maka diputuskanlah untuk memotong pajak usaha menengah dan kecil. Potongan pajak diberikan sampai 75 persen.
Bahkan usaha kecil menengah tertentu potongan pajaknya sampai 100 persen. Sama sekali tidak ada agenda perang di sidang itu.
Tapi kenapa listrik mati tiba-tiba hampir di seluruh Taiwan? Di pagi hari pula? Ketika jalan raya lagi padat lalu-lintas –sehingga semua lampu bang-jo mati?
Penyebabnya ternyata sangat teknis: ada alat yang rusak di pembangkit listrik di Xinda, setengah jam di utara kota terbesar kedua Kaoshiong.
Lima pembangkit di Xinda ikut mati semua. Padahal lima pembangkit itu raksasa semua: masing-masing 1.000 MW.
Hilangnya pasok listrik dalam jumlah besar yang tiba-tiba (tidak direncanakan) membuat sistem transmisi ”jatuh”.
Satu ”jatuh” yang lain ikut ”jatuh”. Merembet ke utara. Sampai ke Taichung di tengah. Lalu menular ke Taipei di utara. Dalam sekejap.
Pagi itu, selama beberapa jam Taiwan kacau sekali. Tapi pembicaraan antara Tsai Ing-wen dan Pompeo tidak sampai disebut ”rapat gelap”. (Dahlan Iskan)
Hari itu tokoh Amerika Serikat baru saja mendarat di Taipei: menteri luar negeri di zaman Presiden Donald Trump, Mike Pompeo.
Baca juga: SKETSA-SKETSA
BILA RAMADHAN DATANG LAGI
Catatan: Syamsu Nur
Baca juga: Soal 1 Kursi 2 Pantat dan Pangkat Bawahan Lebih Tinggi di Takalar, Netizen Bilang Begini
Siang itu Pompeo dijadwalkan bertemu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Acara itu akan disiarkan secara luas lewat live streaming. Seolah Tsai Ing-wen bisa menenangkan warganya: Amerika di belakang kita.Tiba-tiba lampu mati. Hampir di seluruh Taiwan. Pertemuan tetap dilangsungkan. Siaran langsungnya yang dibatalkan.
Baca juga: Kisah Jenaka di Pantai Akarena Makassar
Baca juga: Ceritera Lucu 1 Kursi 2 Pantat dan Kisah Aneh di Birokrasi Takalar
Sejak sehari sebelumnya, sebuah delegasi pertahanan Amerika juga ada di Taiwan. Bertemu tim pertahanan Taiwan.Keduanya membahas isu yang lagi hot saat ini: kemungkinan Tiongkok berbuat seperti Rusia atas Ukraina.
Baca juga: Sepenggal Tulisan Petani Pulau Obi
Baca juga: Sketsa-Sketsa
ANTARA MEDIA CETAK DAN MEDIA ON LINE
Catatan : Syamsu Nur
Tiongkok sewot dengan istilah itu. Yang dilakukan Rusia adalah menyerang negara lain. Sedang Taiwan adalah salah satu provinsinya sendiri.
Tiongkok telah menawarkan kompromi: satu negara tiga sistem. Ada sistem di Tiongkok daratan yang sosialiatis, ada sistem kedua di Hong Kong, dan sistem ketiga di Taiwan yang demokratis.
Taiwan, di bawah Tsai Ing-wen, tetap berkehendak sebagai negara merdeka yang berdaulat.
Isu Tiongkok akan menyerbu Taiwan memang santer. Dan harus berhasil dalam satu malam.
Sudah harga mati bagi Tiongkok: Taiwan harus kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Secara damai. Kalau perlu dengan kekerasan.
Dari kalimat terakhir itulah muncul analisis: Tiongkok akan menyerbu Taiwan. Kapan? Hanya Xi Jinping yang tahu.
Konon hanya Xi Jinping pula yang tahu kapan Rusia menyerang Ukraina: “jangan sebelum Olimpiade musim dingin di Beijing”. Maka seminggu setelah Olimpiade serangan pun dimulai.
Apakah kalau Tiongkok menyerang Taiwan, Amerika juga bersikap sama dengan Ukraina?
Apakah Amerika sudah benar-benar tidak mau kirim tentara ke mana pun –sejak yang di Afghanistan pun ditarik?
Itulah pokok pembicaraan berbagai delegasi Amerika ke Taiwan. Setidaknya, kedatangan delegasi itu membuat tenang Taiwan –di tengah berita perang di Ukraina.
Taiwan telanjur jadi produsen chip terbesar bagi Amerika Serikat –dan hanya pabrik itu yang listriknya tidak ikut mati.
Bagi Amerika, Taiwan amat rumit. Tidak semudah melepas tangan seperti di Ukraina. Bagi Tiongkok, Taiwan juga rumit. Buntut serangan pada Taiwan sangat panjang.
Tapi akan ada serangan atau tidaknya ke Taiwan harus menunggu momentum.
Pemantik momentum itu hanya satu: kapan Taiwan berani mengumumkan proklamasi sebagai negara merdeka.
Hanya itu. Begitu proklamasi itu dinyatakan, Tiongkok tidak punya pilihan lain: menggempurnya. Itu amanat UUD Tiongkok: untuk menyatukan seluruh wilayah negara –termasuk Taiwan.
Sepanjang proklamasi itu tidak dilakukan, rasanya Tiongkok masih sabar menanti.
Persoalannya: penyatuan itu telah menjadi sumpah Xi Jinping –harus terjadi dalam masa kepemimpinannya.
Untunglah konstitusi yang membatasi masa jabatan presiden maksimal dua periode sudah dicabut. Berarti Xi Jinping masih punya waktu lebih lama.
Di tengah kegemparan perang Ukraina ini, Tiongkok justru lebih menyuarakan isu dalam negeri: bagaimana ekonomi bisa bertahan di tengah gelombang keempat Covid dunia.
Pertumbuhan ekonominya yang 6 persen tahun lalu bisa turun tinggal 5,5 persen tahun ini.
Maka, minggu ini, ketika di Tiongkok dilakukan sidang pleno partai Komunis, agenda utamanya hanya soal ekonomi itu.
Maka diputuskanlah untuk memotong pajak usaha menengah dan kecil. Potongan pajak diberikan sampai 75 persen.
Bahkan usaha kecil menengah tertentu potongan pajaknya sampai 100 persen. Sama sekali tidak ada agenda perang di sidang itu.
Tapi kenapa listrik mati tiba-tiba hampir di seluruh Taiwan? Di pagi hari pula? Ketika jalan raya lagi padat lalu-lintas –sehingga semua lampu bang-jo mati?
Penyebabnya ternyata sangat teknis: ada alat yang rusak di pembangkit listrik di Xinda, setengah jam di utara kota terbesar kedua Kaoshiong.
Lima pembangkit di Xinda ikut mati semua. Padahal lima pembangkit itu raksasa semua: masing-masing 1.000 MW.
Hilangnya pasok listrik dalam jumlah besar yang tiba-tiba (tidak direncanakan) membuat sistem transmisi ”jatuh”.
Satu ”jatuh” yang lain ikut ”jatuh”. Merembet ke utara. Sampai ke Taichung di tengah. Lalu menular ke Taipei di utara. Dalam sekejap.
Pagi itu, selama beberapa jam Taiwan kacau sekali. Tapi pembicaraan antara Tsai Ing-wen dan Pompeo tidak sampai disebut ”rapat gelap”. (Dahlan Iskan)
TOPIK TERKAIT:
-
Kebijakan Ekspor Benih Lobster: Sistem Kuota dan Evaluasi Manajemen Distribusi
-
Amatiran Urus Garam
-
23 Tahun Ngos-ngosan Antara 2 Bibir
Oleh: M Said Welikin -
Orang pinggiran dan Bedah Rumah
Oleh: M Said Welikin -
Polisiku, Polisita, Polisi Kita Semua, tetap Menjadi Dambaan Masyarakat
-
Sketsa-sketsa
41 Tahun Harian Fajar KETIKA PENDIRI TIDAK “TURUN GUNUNG” LAGI
Catatan : Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
FAREL PRAYOGA dan Lagu OJO DIBANDINGKE
Catatan: Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
KETIKA PARE-PARE MENIKMATI PSM
Catatan: Syamsu Nur -
Sketsa-sketsa
KETIKA HARGA BBM NAIK LAGI
Catatan: Syamsu Nur
JALURINFO VIDEO NEWS

Bermaksud Lakukan Serangan Balik, Rombongan Pasukan Ukraina Dipreteli Artileri Pasukan Rusia

Jelajahi Keimdahan Alam Dunia di Sini

Pegunungan Altai Mongolia, Keindahan Alam yang Menawan di Mongolia

Menakjubkan dan Luar Biasa: Keindahan Istana Augustusburg di Brühl, Jerman

Festival Balon Udara Cappadocia: Pengalaman Wisata Tak Terlupakan



JALURINFO TV NETWORK
BERITA TERKINI:
Dinilai Berhasil, Wabup Edy Manaf Paparkan Praktik Baik Penurunan Stunting di Kabupaten Bulukumba
Viewnum 218
6 jam yang lalu
Gelar Diskusi Multipihak, WALHI Sulsel dan AMPU Mendesak Penghentian Aktivitas PTPN XIV di Kabupaten Enrekang
Viewnum 625
6 jam yang lalu
Jokowi Kunjungan Stan Pameran Bulukumba, Ketua Dekranasda Kenalkan Pinisi dan Wisata Tanjung Bira
Viewnum 518
10 jam yang lalu
Milisi Swasta Rusia, Wagner Group Semakin Kuasai Wilayah Bakhmut di Ukraina
Viewnum 428
11 jam yang lalu
Kereta Api Tercepat di Dunia Telah Dibangun oleh Cina: Mampu Mencapai Kecepatan 600 Km/Jam
Viewnum 443
12 jam yang lalu
Dalami Kasus Kematian Ibu dan Bayinya, Tim AMP SR Bulukumba Kunjungi Rumah Pasien
Viewnum 618
16 jam yang lalu
Peluang Golkar Gabung ke Koalisi Perubahan dan Wacana Koalisi Besar yang Disebut Airlangga
Viewnum 724
1 hari yang lalu
Bupati MB Lantik 83 Pejabat Termasuk Mengisi 2 Pejabat Eselon II Dan III
Viewnum 768
1 hari yang lalu
SKPD Hingga Kelompok Masyarakat Dilibatkan Dalam Penilaian PPD Pemkab Gowa Tahap Lanjutan
Viewnum 889
1 hari yang lalu
TERPOPULER HARI INI

Gowa Berhasil Lolos Tahap Ketiga Penilaian PPD 2023
ViewNum 1005 kali

Enrekang Gagal Tembus Desa Wisata Tim Kemenkeraf RI Diajang ADWI 2023
ViewNum 1266 kali

Pj Bupati Bombana Burhanudin Viral Karena Istri Pamer Harta
ViewNum 1099 kali

Bupati Gowa Harap Toleransi Beragama di Jajaran Polres Semakin Kuat
ViewNum 1405 kali

Wabup Gowa Sidak Kehadiran ASN di Bulan Ramadan
ViewNum 1703 kali

Bachtiar Adnan Kusuma, Bisnis Buku Islam, Peluang Pasarnya Prospektif
ViewNum 1804 kali

Kabupaten Gowa Jadi Lokasi Pengembangan Peternakan Ayam Broiler
ViewNum 2886 kali
