
Arab Saudi Buka Tradisi Tahun Baru Islam, Tapak Tilas Hijrah Nabi Muhammad SAW
Religi | 2022-08-04

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Ilustrasi
JALURINFO.COM, Maros-
Selama 1.400 tahun terakhir, kisah hijrah besar yang dilakukan Nabi Muhammad SAW telah menjadi salah satu narasi paling berkelanjutan di kawasan. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah kisah yang diulang-ulang oleh umat Islam selama berabad-abad.
Untuk menandai kesempatan itu, Pusat Kebudayaan Dunia (Ithra) Raja Abdulaziz di Dhahran merayakan tahun baru Islam dengan pameran baru yang disebut Hijrah: In the Footsteps of the Prophet.
Di masa kini, masih banyak ditemukan orang-orang yang harus pindah dari satu negeri ke negeri lain, untuk menghindari konflik atau menemukan kebebasan yang lebih besar. Banyak yang telah menetap di tanah yang bukan milik mereka dan membentuk komunitas baru.
Jarak 400 kilometer antara dua Kota Suci dalam delapan hari tersebut telah menciptakan dampak yang tak terukur, pada lanskap sosial, politik, dan ekonomi Semenanjung Arab.
Signifikansi Hijrah dapat didefinisikan sebagai transisi dari praktik Islam sebagai tindakan ibadah ke cara hidup, dan Pameran Ithra berupaya menyajikan perjalanan itu kepada khalayak modern.
Pada malam pembukaan pameran bulan lalu, kurator Dr Idries Trevathan menawarkan tur dengan informasi dan anekdot untuk menghidupkan kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW.
Dia sangat bersemangat berbagi wawasan dengan pengunjung non-Muslim, untuk mendidik dan memberi tahu mereka tentang seperti apa pengalaman itu.
Sebuah nasyid yang dilantunkan kaum Anshar untuk Nabi Muhammad SAW saat masuk ke Madinah dibacakan ulang oleh para vokalis dalam bahasa Arab, Inggris, Urdu, dan Indonesia.
Trevathan telah membersamai Ithra selama delapan tahun terakhir dan ahli dalam sejarah seni Islam. Dia belajar di Prince's Foundation School of Traditional Arts dan membangun koleksi seni Islam.
Keberadaan artefak sejarah dan karya kontemporer membantu menghidupkan kembali peristiwa yang terjadi berabad-abad yang lalu.
Pameran ini dibuat bekerja sama dengan sekitar 70 akademisi dan seniman dari 20 negara, menjadikannya sebagai pengalaman inklusif dan imersif untuk merayakan perjalanan itu sendiri dan juga memperingati kesempatan Tahun Baru 1444 Hijriyah.
“Pameran ini sangat spesial karena pembuatannya selama tiga tahun. Kita mulai sebelum pandemi Covid-19. Apa yang luar biasa dari perjalanan ini bagi kami adalah kami mampu menyatukan pikiran yang luar biasa,” kata Trevathan dikutip di Arab News, Rabu (3/8/2022).
Proses persiapan pun dimulai dengan bekerja sama dengan Dr Abdullah Alkadi, yang dianggap sebagai pemegang otoritas jalur Hijrah. Diaa mengoreksi semua riwayat atau penelitian sebelumnya tentang rute Hijrah.
Ketika melakukan beberapa penelitian latar belakang, Trevathan menyebut pihaknya menyadari bahwa terlepas dari pentingnya momen ini, belum ada yang pernah mencoba untuk melakukan pameran tentang Hijrah.
Salah satu instalasi yang wajib dilihat adalah penggambaran sarang laba-laba, gua-gua, bahkan replika unta seukuran manusia yang ditunggangi Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Dokumenter dan video tersebar di seluruh pameran, dengan audio yang menceritakan rute tersebut dalam bahasa Arab dan Inggris.
Menggunakan bahasa, puisi, dan rekaman adzan, pameran ini menawarkan pengunjung kesempatan untuk dibawa ke Tanah Suci. Banyak hal yang dipamerkan ditampilkan secara publik untuk pertama kalinya.
“Rute Hijrah tidak bisa diakses dengan mobil. Anda benar-benar harus menjalaninya. Dia melewati lembah-lembah kecil yang berkelok-kelok, dan sangat berbatu. Saya pikir banyak dari Anda ketika memikirkan hijrah di luar negeri, orang-orang di luar Arab Saudi memikirkan bukit pasir. Ini bukan. Itu bergunung-gunung dan merupakan medan yang sangat sulit,” lanjut Trevathan.
Profesor perencanaan kota dan wilayah di Universitas Imam Abdulrahman Bin Faisal, Dr Abdullah Hussein Alkadi, dianggap sebagai ahli untuk penelitian inovatifnya tentang rute perjalanan yang ditempuh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Buku-bukunya termasuk yang paling bernilai di bidangnya.
Berdasarkan hal tersebut, Trevathan bersikeras untuk memasukkan karya-karya pahlawan akademisnya dalam pameran ini. Dia pun sangat senang ketika Alkadi setuju untuk menjadi bagian dari proyek tersebut.
“Hidup saya ditentukan oleh pencarian untuk mempelajari dan mengalami tidak hanya rute yang tepat yang diambil Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melintasi padang pasir, tetapi juga kisah, kehidupan dan warisan yang lebih luas dari perjalanan ini,” kata Alkadi.
Alkadi menyebut dirinya telah mendalami hal ini selama 40 tahun terakhir. Pameran ini merupakan hasil dari serangkaian penelitian, metodologi, dan temuan baru, berdasarkan kerja lapangan yang luas yang akan mendefinisikan kembali perspektif tentang migrasi bersejarah ini.
Dia juga menyebut relevansi cerita ini sama kuatnya dengan hari ini. Hal ini berfungsi untuk menunjukkan dan mengingatkan semua pihak tentang alasan mengapa orang memilih untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain, sekaligus sebagai penegasan untuk mempraktikkan keyakinan yang dipegang.
Pameran ini diselenggarakan bekerja sama dengan Museum Nasional Arab Saudi di Riyadh, Rumah Seni Islam di Jeddah, Kompleks Raja Abdulaziz untuk Perpustakaan Wakaf di Madinah, serta Turquoise Mountain, sebuah yayasan amal Prince of Wales yang mendukung seni dan warisan di Timur Tengah.
Adapun kontributor pameran termasuk seniman Saudi yang terkenal secara internasional, fotografer terkenal, cendekiawan dan akademisi. Salah satunya adalah Presiden Zaytuna College di Berkeley, yang merupakan perguruan tinggi seni liberal Muslim terakreditasi pertama di AS, serta Turquoise Mountain Institute of Afghan Arts and Architecture di Kabul.
“Sebagai salah satu studi paling rinci tentang sejarah dan topografi Hijrah, pameran ini mencontohkan misi Ithra yang lebih luas untuk menceritakan kisah-kisah yang menentukan dunia, melalui seni, warisan, budaya dan penelitian,” kata Direktur Ithra, Abdullah Al-Rashid.
Pameran ini disebut mewakili kemajuan signifikan dalam penelitian akademis seputar sejarah Islam. Fokus yang diambil adalah kisah manusia seputar perjalanan dan nilai-nilai kemanusiaan bersama, juga mempromosikan pemahaman, empati dan toleransi yang lebih besar.
Pameran akan berlangsung di Ithra selama sembilan bulan. Kemudian, pameran ini akan pindah ke bagian lain dari Kerajaan, termasuk ke luar negeri.
Untuk menandai kesempatan itu, Pusat Kebudayaan Dunia (Ithra) Raja Abdulaziz di Dhahran merayakan tahun baru Islam dengan pameran baru yang disebut Hijrah: In the Footsteps of the Prophet.
Baca juga: Hilal Terlihat di Pantai Galesong Sulsel, Potensi Awal Ramadhan Tahun ini Sama
Baca juga: Pondok Pesantren An-Nur Tompobulu Gelar Pengajian Umum yang Didahului oleh Pementasan Santri
Kisah perjalanan hijrah yang sebenarnya bisa dibilang merupakan peristiwa sejarah terpenting dalam Islam. Perjalanan dari masa lalu ini tetap relevan hingga hari ini, mengingat migrasi dan perpindahan paksa yang terjadi.Di masa kini, masih banyak ditemukan orang-orang yang harus pindah dari satu negeri ke negeri lain, untuk menghindari konflik atau menemukan kebebasan yang lebih besar. Banyak yang telah menetap di tanah yang bukan milik mereka dan membentuk komunitas baru.
Baca juga: Sambut Bulan Suci Ramadhan, Ponpes An-Nur Gelar Pengajian Umum dan Silaturahmi
Baca juga: Antusiasme Siswa SD Inpres PAI 1 Terhadap Metode Pendidikan di Ponpes An-Nur
Perjalanan Nabi antara Makkah dan Madinah membentuk awal Islam. Hal ini sekaligus menjadi awal peluncuran sebuah peradaban, yang sekarang mencakup 1,5 miliar Muslim di seluruh dunia.Jarak 400 kilometer antara dua Kota Suci dalam delapan hari tersebut telah menciptakan dampak yang tak terukur, pada lanskap sosial, politik, dan ekonomi Semenanjung Arab.
Baca juga: Ponpes Annur Tompobulu Mengadakan Pemberian Penghargaan Santri Berprestasi
Baca juga: Metode Penentuan Awal Bulan Hijriyah: Rukyat vs Hisab
Signifikansi Hijrah dapat didefinisikan sebagai transisi dari praktik Islam sebagai tindakan ibadah ke cara hidup, dan Pameran Ithra berupaya menyajikan perjalanan itu kepada khalayak modern.
Pada malam pembukaan pameran bulan lalu, kurator Dr Idries Trevathan menawarkan tur dengan informasi dan anekdot untuk menghidupkan kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW.
Dia sangat bersemangat berbagi wawasan dengan pengunjung non-Muslim, untuk mendidik dan memberi tahu mereka tentang seperti apa pengalaman itu.
Sebuah nasyid yang dilantunkan kaum Anshar untuk Nabi Muhammad SAW saat masuk ke Madinah dibacakan ulang oleh para vokalis dalam bahasa Arab, Inggris, Urdu, dan Indonesia.
Trevathan telah membersamai Ithra selama delapan tahun terakhir dan ahli dalam sejarah seni Islam. Dia belajar di Prince's Foundation School of Traditional Arts dan membangun koleksi seni Islam.
Keberadaan artefak sejarah dan karya kontemporer membantu menghidupkan kembali peristiwa yang terjadi berabad-abad yang lalu.
Pameran ini dibuat bekerja sama dengan sekitar 70 akademisi dan seniman dari 20 negara, menjadikannya sebagai pengalaman inklusif dan imersif untuk merayakan perjalanan itu sendiri dan juga memperingati kesempatan Tahun Baru 1444 Hijriyah.
“Pameran ini sangat spesial karena pembuatannya selama tiga tahun. Kita mulai sebelum pandemi Covid-19. Apa yang luar biasa dari perjalanan ini bagi kami adalah kami mampu menyatukan pikiran yang luar biasa,” kata Trevathan dikutip di Arab News, Rabu (3/8/2022).
Proses persiapan pun dimulai dengan bekerja sama dengan Dr Abdullah Alkadi, yang dianggap sebagai pemegang otoritas jalur Hijrah. Diaa mengoreksi semua riwayat atau penelitian sebelumnya tentang rute Hijrah.
Ketika melakukan beberapa penelitian latar belakang, Trevathan menyebut pihaknya menyadari bahwa terlepas dari pentingnya momen ini, belum ada yang pernah mencoba untuk melakukan pameran tentang Hijrah.
Salah satu instalasi yang wajib dilihat adalah penggambaran sarang laba-laba, gua-gua, bahkan replika unta seukuran manusia yang ditunggangi Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Dokumenter dan video tersebar di seluruh pameran, dengan audio yang menceritakan rute tersebut dalam bahasa Arab dan Inggris.
Menggunakan bahasa, puisi, dan rekaman adzan, pameran ini menawarkan pengunjung kesempatan untuk dibawa ke Tanah Suci. Banyak hal yang dipamerkan ditampilkan secara publik untuk pertama kalinya.
“Rute Hijrah tidak bisa diakses dengan mobil. Anda benar-benar harus menjalaninya. Dia melewati lembah-lembah kecil yang berkelok-kelok, dan sangat berbatu. Saya pikir banyak dari Anda ketika memikirkan hijrah di luar negeri, orang-orang di luar Arab Saudi memikirkan bukit pasir. Ini bukan. Itu bergunung-gunung dan merupakan medan yang sangat sulit,” lanjut Trevathan.
Profesor perencanaan kota dan wilayah di Universitas Imam Abdulrahman Bin Faisal, Dr Abdullah Hussein Alkadi, dianggap sebagai ahli untuk penelitian inovatifnya tentang rute perjalanan yang ditempuh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Buku-bukunya termasuk yang paling bernilai di bidangnya.
Berdasarkan hal tersebut, Trevathan bersikeras untuk memasukkan karya-karya pahlawan akademisnya dalam pameran ini. Dia pun sangat senang ketika Alkadi setuju untuk menjadi bagian dari proyek tersebut.
“Hidup saya ditentukan oleh pencarian untuk mempelajari dan mengalami tidak hanya rute yang tepat yang diambil Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melintasi padang pasir, tetapi juga kisah, kehidupan dan warisan yang lebih luas dari perjalanan ini,” kata Alkadi.
Alkadi menyebut dirinya telah mendalami hal ini selama 40 tahun terakhir. Pameran ini merupakan hasil dari serangkaian penelitian, metodologi, dan temuan baru, berdasarkan kerja lapangan yang luas yang akan mendefinisikan kembali perspektif tentang migrasi bersejarah ini.
Dia juga menyebut relevansi cerita ini sama kuatnya dengan hari ini. Hal ini berfungsi untuk menunjukkan dan mengingatkan semua pihak tentang alasan mengapa orang memilih untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain, sekaligus sebagai penegasan untuk mempraktikkan keyakinan yang dipegang.
Pameran ini diselenggarakan bekerja sama dengan Museum Nasional Arab Saudi di Riyadh, Rumah Seni Islam di Jeddah, Kompleks Raja Abdulaziz untuk Perpustakaan Wakaf di Madinah, serta Turquoise Mountain, sebuah yayasan amal Prince of Wales yang mendukung seni dan warisan di Timur Tengah.
Adapun kontributor pameran termasuk seniman Saudi yang terkenal secara internasional, fotografer terkenal, cendekiawan dan akademisi. Salah satunya adalah Presiden Zaytuna College di Berkeley, yang merupakan perguruan tinggi seni liberal Muslim terakreditasi pertama di AS, serta Turquoise Mountain Institute of Afghan Arts and Architecture di Kabul.
“Sebagai salah satu studi paling rinci tentang sejarah dan topografi Hijrah, pameran ini mencontohkan misi Ithra yang lebih luas untuk menceritakan kisah-kisah yang menentukan dunia, melalui seni, warisan, budaya dan penelitian,” kata Direktur Ithra, Abdullah Al-Rashid.
Pameran ini disebut mewakili kemajuan signifikan dalam penelitian akademis seputar sejarah Islam. Fokus yang diambil adalah kisah manusia seputar perjalanan dan nilai-nilai kemanusiaan bersama, juga mempromosikan pemahaman, empati dan toleransi yang lebih besar.
Pameran akan berlangsung di Ithra selama sembilan bulan. Kemudian, pameran ini akan pindah ke bagian lain dari Kerajaan, termasuk ke luar negeri.
TOPIK TERKAIT:
-
Santri An Nur Tompobulu Ujian Baca Tulis Hapal Al-qur’an
-
Bagaimana Nabi Adam Jelaskan ke Hawa Soal Kematian untuk Pertama Kali dan Apa Reaksinya?
-
Aksi Boikot di Zaman Nabi Muhammad
-
Di Makan Usia, Masjid Al-Fadjri Desa Babang Buka Donasi Untuk Perbaikan
-
Perubahan Arah Kiblat, Apa yang Terjadi di Madinah?
-
Saat Nabi Muhammad Ditanya Amalan yang Membawa ke Surga
-
Fakta Sebenarnya tentang Sultan Sulaiman Ottoman
-
Hikmah di Balik Bencana dan Pertumpahan Darah Yang Terjadi di Muka Bumi Ini
-
Mengupayakan Keturunan yang Shaleh dan Shalehah
JALURINFO VIDEO NEWS

Jelajahi Keimdahan Alam Dunia di Sini

Pegunungan Altai Mongolia, Keindahan Alam yang Menawan di Mongolia

Menakjubkan dan Luar Biasa: Keindahan Istana Augustusburg di Brühl, Jerman

Festival Balon Udara Cappadocia: Pengalaman Wisata Tak Terlupakan

Melihat Letusan Spektakuler Gunung Berapi Meradalir Islandia

JALURINFO TV NETWORK
BERITA TERKINI:
Indonesia Berambisi Menang Telak di Leg 2 Melawan Burundi, STY : Cetak Gol Sebanyak-banyaknya
Viewnum 121
2 jam yang lalu
Timnas Indonesia Siap Taklukkan Burundi Lagi di Leg 2: Bekal Impresif dan Pertahanan Kokoh Siap Digunakan!
Viewnum 143
3 jam yang lalu
3 Desa Wisata Enrekang Tembus 300 Besar Terbaik Menuju Primadona Nasional
Viewnum 121
4 jam yang lalu
Serahkan LKPD Unaudited 2022, Wabup Gowa Optimis Raih WTP Ke-11 Kalinya
Viewnum 284
10 jam yang lalu
Laka Lantas Jadi Curhatan Warga Desa Larobende Di Jumat Curhat Polres Konawe Utara
Viewnum 601
2 hari yang lalu
Camat Ujungbulu Akui Inovasi Lorong Jelita Dukcapil: Dekatkan Pelayanan ke Masyarakat
Viewnum 991
2 hari yang lalu
TERPOPULER HARI INI

Bachtiar Adnan Kusuma, Bisnis Buku Islam, Peluang Pasarnya Prospektif
ViewNum 1353 kali

Kabupaten Gowa Jadi Lokasi Pengembangan Peternakan Ayam Broiler
ViewNum 2413 kali

Jam Kerja ASN Dikurangi Selama Ramadan
ViewNum 2225 kali

Wabup Edy Manaf Dirikan Rumah Tahfidz di Rumah Orangtuanya
ViewNum 2706 kali
