Kirim berita, video & pengaduan terkait layanan publik di sini WA Redaksi

Dalam waktu beberapa hari sebelum meninggal alm. Fajeriaty sangat rajin mengunjungi keluarga apalagi yang sedang sakit. Sepupunya almarhum Mulia Nur, ketika ia mendengar dirawat di rumah sakit, dari Bandara Hasanuddin, langsung ke rumah sakit membesuk dan mendoakan kesembuhannya. Begitu pula ketika mendengar ibu saya, H Andi Cenrara yang berusia 97 tahun, dibesuk sambil mendoakan kesembuhannya. Dari situ dia mendapat informasi bahwa istri saya di Baruga juga sakit, langsung juga berangkat menjenguknya. Keluarga saya sendiri sangat terkesan tentang keramahan dan rasa simpati yang selalu ditunjukkan alm Fajeriaty. Boleh dikata setiap berkunjung ke rumah Fatimah Kalla, selalu mampir rumah saya di Baruga. Kebetulan saya berdekatan rumah dengan Fatimah Kalla. Kunjungan keluarga ke Palopo juga adalah kunjungan silaturahmi kepada keluarga yang ada di Palopo, dari Palopo itulah dalam suatu kejadian musibah dia menyebabkan tak sadarkan diri kemudian meninggal di rumah sakit. Kesan yang timbul, kunjungan keluarga yang dilakukannya menjelang kematiannya, seakan memberi arti pergi “pamit” karena akan pergi selama-lamanya. Namun tidak seorangpun yang bisa menterjemahkan makna kunjungan itu. Tapi yang diterjemahkan bahwa Fajeriaty sangat peduli terhadap keluarga bahkan juga kepada semua kenalan dan sahabatnya. “Almarhum Fajeriaty selama hidup nya sangat gigih dan bersemangat menjual mobil Toyota, dan terakhir hidupnya dia juga meninggal diatas mobil Toyota .