Soal Dentuman Misterius Di Semester Awal 2020, Begini Analisis Ahli

Teknologi | 2020-06-13

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Ilustrasi
JAKARTA, JALURINFO.COM,- Suara dentuman misterius beberapa kali terdengar oleh warga di sejumlah wilayah di Indonesia pada tahun 2020. Beragaman analisis pun bermunculan pasca kejadian tersebut.

Berdasarkan catatan sepanjang tahun 2020, dentuman misterius pertama terjadi pada tanggal 11 April 2020 sekitar pukul 01.00-03.00 WIB. Kala itu, suara dentuman terdengar sebagain orang di Bogor, Sukabumi, Depok, Pelabuhan Ratu, DKI Jakarta dan Tangerang, Tangerang Selatan, Cileduk, hingga Serang.

Dentuman misterius kedua terjadi pada 11 Mei 2020 sekitar pukul 00.00-02.00 WIB. Sebagian orang di Ngawi, Sragen, Boyolali, hingga Grobokan melaporkan mendegar suara dentuman misterius tersebut.

Dentuman ketiga terjadi pada 21 dan 22 Mei 2020. Sebagian orang yang tinggal di Kota Bandung dan sekitarnya mengaku mendengar dentuman misterius tersebut.

Ketika ditanya apakah fenomena dentuman ini terkait dengan usia Bumi sudah berusia tua, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai hal tersebut sulit untuk dikaitkan.

"Apakah Bumi sudah tua? Iya. Bumi sudah berumur 4,5 milyar tahun. Tapi apa Bumi merenta? Tidak," ujarnya.

Dia justru menyatakan aktivitas manusialah yang memberi pengaruh terhadap kondisi bumi.

BMKG menyatakan suara dentuman yang terjadi pada tanggal 11 April dan 11 Mei bukan dari aktivitas Litosfer (bagian kulit Bumi) atau atmosfer. Dari data-data yang ada, BMKG menduga sumber dentuman berasal dari aktivitas di ionosfer.

Baca juga: Hubungkan Indonesia-Australia-AS, Indosat Bangun Kabel Bawah Laut 18.000 Km

Ionosfer adalah lapisan terluar atmosfer Bumi. Fungsi lapisan ini salah satunya memengaruhi rambagan radio ke tempat yang jauh di muka Bumi. Lapisan ini juga menjadi pelindung Bumi dari benda angkasa yang masuk ke Bumi. Sebab, pada lapisan ini benda angkasa itu terbakar dan terurai.

Menurut Kepala Sub Bidang Analisis Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Suaidi Ahadi, kesimpulan itu didapat dari data monitoring alat BMKG.

"Untuk dentuman kemarin, dapat dilihat dengan baik dengan alat magnetometer yang kami punya. Dari sinyal tersebut menyimpulkan bahwa energi yang dihasillan bukan bersumber dari litosfer dan atmosfer, tapi pada lapisan ionosfer," ujar Suaidi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/6).

Suaidi menyebut keyakinan BMKG bahwa dentuman pada 11 April dan 11 Mei bersumber dari lapisan ionosfer didukung oleh data jaringan GPS global. Menurutnya, BMKG menggunakan data itu untuk melihat daerah terdampak dari fenomena alam tersebut.

Hal itu, kata dia dilakukan karena data dari jaringan monitoring petir nasional milik BMKG tidak menemukan aktivitas petir di atmosfer pada waktu kejadian.

"Ternyata data GPS saling mendukung lokasi sumber terjadi Ionosfer atau lapisan Troposfer atas," ujarnya.

Suadi menyampaikan aktivitas di Ionosfer merupakan fenomena biasa. Dia menyebut fenomena itu akibat aktivitas plasma elektromagnetik yang terjadi pada lapisan tersebut.

Sedangkan aktivitas plasma elektromagnetik, lanjut Suaidi disebabkan ganguan plasma Ionosfer atau efek pantul dari magnetotail (Sub Storm) yang diakibatkan oleh badai magnetik dari Matahari (CME) beberapa hari sebelumnya.




BERITA TERKAIT

NASA Jabarkan Perkembangan Stasiun Luar Angkasa Internasional
Begini Cara Tambah Alamat di Google Maps Lewat PC dan HP
Kiamat Sudah Dekat! Elon Musk Bangun Bahtera Nabi Nuh
Kisah Pria Lamongan Rakit Pesawat Sendiri, Belajar dari Alaska
Jokowi Optimistis Indonesia Bisa Jadi Raksasa Digital Setelah Cina-India
3 Minggu Lagi, WhatsApp Tak Bisa Dipakai Lagi di Handphone Ini
Facebook Down, Mark Zuckerberg Rugi Hampir Rp 100 Triliun
Pengguna Signal dan Telegram Melonjak Usai WhatsApp Down
WhatsApp, Instagram, dan Facebook Tumbang, Ini Kata Mark Zuckerberg
Daftar Wilayah yang Diselimuti Sinyal 5G di Indonesia

TERPOPULER

  1. Dragon's Breath Flight Line di pulau pribadi Royal Caribbean di Haiti

  2. Keindahan dan Keunikan di Air Terjun Tertinggi di Dunia di Venezuela

  3. Desa Wangxian: Tersembunyi di Pegunungan Cina, Keajaiban Budaya yang Terjaga

  4. Maladewa: Kepulauan Tropis yang Menakjubkan Tetap Menghadapi Ancaman Perubahan Iklim

  5. Begini Nasib Tentara Ukraina yang Tertangkap di Bakhmut

  6. Bermaksud Lakukan Serangan Balik, Rombongan Pasukan Ukraina Dipreteli Artileri Pasukan Rusia

  7. Jelajahi Keimdahan Alam Dunia di Sini

  8. Pegunungan Altai Mongolia, Keindahan Alam yang Menawan di Mongolia

  9. Menakjubkan dan Luar Biasa: Keindahan Istana Augustusburg di Brühl, Jerman

  10. Festival Balon Udara Cappadocia: Pengalaman Wisata Tak Terlupakan

RELIGI

Mengenal Kegiatan Ziadah Tahfidz di Ponpes An-Nur Tompobulu

VIDEO Pemkab Solo Luncurkan Program Solo Mengaji

Menag Terbitkan Aturan Pengeras Suara, Ini Respons MUI

Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh Ajak Masyarakat Ramaikan Pengajian

Menag Pastikan Tidak Ada Pemberhentian Umrah

EKONOMI

  1. Tahu-Tempe Langka, Ini Penjelasan Menteri pertanian

  2. Cek Harga Emas dan UBS Hari Ini di Pegadaian, Senin, 14 Februari 2022

  3. Bappenas Heran Tukang Las Rel Kereta Cepat Didatangkan dari China

  4. Penghasil Sawit Terbesar tapi Minyak Goreng Langkah, KPPU Bakal Interogasi Pengusaha Minyak Goreng

  5. Minyak Goreng Langkah, Rizal Ramli Semprot Airlangga Hartarto

  6. Anggota DPR Kaget Anggaran Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak Jadi Rp 113,9 T

  7. Target KUR BRI Enrekang 429 Milyar Dominan Buat Petani Bawang

  8. IMB Tak Lagi Berlaku, Begini Syarat Mengurus Persetujuan Izin Bangunan Gedung

  9. VIDEO: Didukung 537 Personil, Ini Partisipasi Yodya Karya Wilayah Makassar dalam Membangun Negeri

  10. Produk China Tak Tergantikan, Amerika Pun Tak Berdaya Membendungnya

  11. Ini Daftar Komoditas Ekspor Unggulan Indonesia Sawit hingga Batu Bara

  12. Diprediksi Naik 8 Kali Lipat, Begini Nilai Ekonomi Digital Indonesia di Tahun 2030

Soal Dentuman Misterius Di Semester Awal 2020, Begini Analisis Ahli

Teknologi | 2020-06-13

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Ilustrasi
JAKARTA, JALURINFO.COM,- Suara dentuman misterius beberapa kali terdengar oleh warga di sejumlah wilayah di Indonesia pada tahun 2020. Beragaman analisis pun bermunculan pasca kejadian tersebut.

Berdasarkan catatan sepanjang tahun 2020, dentuman misterius pertama terjadi pada tanggal 11 April 2020 sekitar pukul 01.00-03.00 WIB. Kala itu, suara dentuman terdengar sebagain orang di Bogor, Sukabumi, Depok, Pelabuhan Ratu, DKI Jakarta dan Tangerang, Tangerang Selatan, Cileduk, hingga Serang.

Dentuman misterius kedua terjadi pada 11 Mei 2020 sekitar pukul 00.00-02.00 WIB. Sebagian orang di Ngawi, Sragen, Boyolali, hingga Grobokan melaporkan mendegar suara dentuman misterius tersebut.

Dentuman ketiga terjadi pada 21 dan 22 Mei 2020. Sebagian orang yang tinggal di Kota Bandung dan sekitarnya mengaku mendengar dentuman misterius tersebut.

Ketika ditanya apakah fenomena dentuman ini terkait dengan usia Bumi sudah berusia tua, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai hal tersebut sulit untuk dikaitkan.

"Apakah Bumi sudah tua? Iya. Bumi sudah berumur 4,5 milyar tahun. Tapi apa Bumi merenta? Tidak," ujarnya.

Dia justru menyatakan aktivitas manusialah yang memberi pengaruh terhadap kondisi bumi.

BMKG menyatakan suara dentuman yang terjadi pada tanggal 11 April dan 11 Mei bukan dari aktivitas Litosfer (bagian kulit Bumi) atau atmosfer. Dari data-data yang ada, BMKG menduga sumber dentuman berasal dari aktivitas di ionosfer.

Baca juga: Hubungkan Indonesia-Australia-AS, Indosat Bangun Kabel Bawah Laut 18.000 Km

Ionosfer adalah lapisan terluar atmosfer Bumi. Fungsi lapisan ini salah satunya memengaruhi rambagan radio ke tempat yang jauh di muka Bumi. Lapisan ini juga menjadi pelindung Bumi dari benda angkasa yang masuk ke Bumi. Sebab, pada lapisan ini benda angkasa itu terbakar dan terurai.

Menurut Kepala Sub Bidang Analisis Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Suaidi Ahadi, kesimpulan itu didapat dari data monitoring alat BMKG.

"Untuk dentuman kemarin, dapat dilihat dengan baik dengan alat magnetometer yang kami punya. Dari sinyal tersebut menyimpulkan bahwa energi yang dihasillan bukan bersumber dari litosfer dan atmosfer, tapi pada lapisan ionosfer," ujar Suaidi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/6).

Suaidi menyebut keyakinan BMKG bahwa dentuman pada 11 April dan 11 Mei bersumber dari lapisan ionosfer didukung oleh data jaringan GPS global. Menurutnya, BMKG menggunakan data itu untuk melihat daerah terdampak dari fenomena alam tersebut.

Hal itu, kata dia dilakukan karena data dari jaringan monitoring petir nasional milik BMKG tidak menemukan aktivitas petir di atmosfer pada waktu kejadian.

"Ternyata data GPS saling mendukung lokasi sumber terjadi Ionosfer atau lapisan Troposfer atas," ujarnya.

Suadi menyampaikan aktivitas di Ionosfer merupakan fenomena biasa. Dia menyebut fenomena itu akibat aktivitas plasma elektromagnetik yang terjadi pada lapisan tersebut.

Sedangkan aktivitas plasma elektromagnetik, lanjut Suaidi disebabkan ganguan plasma Ionosfer atau efek pantul dari magnetotail (Sub Storm) yang diakibatkan oleh badai magnetik dari Matahari (CME) beberapa hari sebelumnya.

Kirim berita, video & pengaduan terkait layanan publik di sini


Jangan Lewatkan:

TERPOPULER HARI INI

KOLEKSI VIDEO POPULER

PT. JALUR INFO NUSANTARA

Jalur Informasi Independen & Terpercaya

Copyright 2020