Diam Adalah Puncak Maqom Pengetahuan

Religi | 2020-10-12

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Ilustrasi
Oleh: Ustaz Miftah el-Banjary

Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur`an

JALURINFO,- Permintaan terberat yang tidak dapat dipenuhi oleh Nabi Musa `alaihissalam manakala bersama Nabi Khaidir adalah diam. Ya berdiam, tanpa komentar, sebelum semuanya jelas dan menjadi terang benderang hikmahnya.

Nabi Musa adalah Nabi bagi Bani Israel, seorang yang paling berilmu di masanya. Sampai-sampai, suatu ketika Nabi Musa ketika berdakwah di hadapan kaumnya, ada di antara kaumnya yang bertanya: "Siapakah orang yang paling berilmu saat ini, wahai Musa?!" Riwayat lain menyatakan: "Adakah orang yang lebih berilmu darimu, wahai Musa?"

Nabi Musa dengan tegas menjawab: "Sayalah satu-satunya, orang paling alim, paling berilmu saat ini!"

Tak lama kemudian, Allah Ta`ala menegur Nabi Musa bahwa masih ada yang lebih berilmu, seseorang yang memiliki ilmu Ladunni yang berada di antara dua pertemuan antara air laut dan air tawar. Perjalanan Nabi Musa untuk menemui Nabi Khaidir bukanlah mudah.

Perjalanan berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, hingga muncullah pertanda ikan yang dibawa menghilang secara misterius di antara dua pertemuan air. Tanpa disadari oleh Nabi Musa dan seorang pendampingnya yang menurut sebagian mufassir adalah Yusya` bin Nun yang kemudian nantinya diangkat sebagai salah seorang Nabi Bani Israel.

Singkat cerita, dimulailah pengembaraan ilmu di antara dua orang Nabi itu dengan beberapa ujian kelayakan bagi Nabi Musa diterima sebagai murid Nabi Khaidir, setelah sebelumnya ada dialektika di antara keduanya dimana Nabi Musa bernegosiasi agar diterima sebagai murid dan Nabi Khaidir semula meragukannya.

Walhasil, akhirnya Nabi Khadir tidak mensyaratkan apa-apa, terkecuali hanya meminta Nabi Musa agar diam tanpa komentar sebelum semuanya telah dijelaskan secara terang benderang dibalik hikmah dari setiap kejadian.

Baca juga: Menag Terbitkan Aturan Pengeras Suara, Ini Respons MUI

Nabi Musa sepakat. Dimulailah perjalanan pertama, dimana Khaidir mengajak Musa ke tepi pantai, lalu meminjam perahu milik seorang nelayan miskin. Tanpa sepengetahuan si pemiliknya, setelah usai dipergunakan Khaidr melobanginya hingga perahu itu rusak.

Tentu saja, hal itu membuat Musa terheran-heran dan tidak bisa menahan diri untuk berkomentar. "Mengapa Anda merusak perahu itu? Mengapa dan mengapa?"

Masih berlanjut pada kasus selanjutnya dimana Khaidir mencekik leher seorang anak yang sedang bermain-main hingga tewas. Musa makin tidak mengerti karakter guru macam apa yang akan menjadi gurunya itu.

Musa protes dan seakan menghakimi apa yang dilakukan Khaidir adalah kesalahan, bahkan kezhaliman yang tidak sepantasnya dilakukan oleh siapa pun, membunuh jiwa yang tak berdosa secara zhalim, apalagi bagi seorang nabi di kalangan Bani Israel.

Nabi Musa tak tahan diri untuk berkomentar dan memprotes, hingga terkesan tidak terima dengan kenyataan yang dihadapinya. "Mengapa Anda bunuh jiwa yang tak berdosa?!"




BERITA TERKAIT

Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh Ajak Masyarakat Ramaikan Pengajian
Menag Pastikan Tidak Ada Pemberhentian Umrah
Cendekiawan Muslim Sebut Pentingnya Bimbingan Keagamaan Bagi Generasi Muda Hadapi Bahaya Media Sosial
Lantunan Shalawat Nabi oleh Ust Salman Amrillah di Muktamar NU Lampung
Pembacaan Ayat Suci Al-Quran oleh Qori Terbaik Salman Amrillah di Pembukaan Muktamar NU Lampung
Ditanya soal Berapa Bayaran Berdakwah, Ini Jawaban UAS
Peringatan Maulid, Bupati Ajak ASN dan Masyarakat Teladani Nabi Muhammad
Update Ibadah Umrah, Pemerintah Upayakan Tarif Ditekan
KB Islamiah Damai Peringati Nabi Muhammad SAW
Amran Mahmud Tutup Secara Resmi MTQ Tingkat Kabupaten Wajo

TERPOPULER

  1. Dragon's Breath Flight Line di pulau pribadi Royal Caribbean di Haiti

  2. Breaking News: Mall Trans Studio Makassar Terbakar

  3. Keindahan dan Keunikan di Air Terjun Tertinggi di Dunia di Venezuela

  4. Desa Wangxian: Tersembunyi di Pegunungan Cina, Keajaiban Budaya yang Terjaga

  5. Maladewa: Kepulauan Tropis yang Menakjubkan Tetap Menghadapi Ancaman Perubahan Iklim

  6. Half Dome di Taman Nasional Yosemite, Destinasi Hiking yang Memukau dengan Tantangan dan Keindahannya

  7. Begini Nasib Tentara Ukraina yang Tertangkap di Bakhmut

  8. Bermaksud Lakukan Serangan Balik, Rombongan Pasukan Ukraina Dipreteli Artileri Pasukan Rusia

  9. Jelajahi Keimdahan Alam Dunia di Sini

  10. Pegunungan Altai Mongolia, Keindahan Alam yang Menawan di Mongolia

RELIGI

Mengenal Kegiatan Ziadah Tahfidz di Ponpes An-Nur Tompobulu

VIDEO Pemkab Solo Luncurkan Program Solo Mengaji

Menag Terbitkan Aturan Pengeras Suara, Ini Respons MUI

Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh Ajak Masyarakat Ramaikan Pengajian

Menag Pastikan Tidak Ada Pemberhentian Umrah

EKONOMI

  1. Tahu-Tempe Langka, Ini Penjelasan Menteri pertanian

  2. Cek Harga Emas dan UBS Hari Ini di Pegadaian, Senin, 14 Februari 2022

  3. Bappenas Heran Tukang Las Rel Kereta Cepat Didatangkan dari China

  4. Penghasil Sawit Terbesar tapi Minyak Goreng Langkah, KPPU Bakal Interogasi Pengusaha Minyak Goreng

  5. Minyak Goreng Langkah, Rizal Ramli Semprot Airlangga Hartarto

  6. Anggota DPR Kaget Anggaran Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak Jadi Rp 113,9 T

  7. Target KUR BRI Enrekang 429 Milyar Dominan Buat Petani Bawang

  8. IMB Tak Lagi Berlaku, Begini Syarat Mengurus Persetujuan Izin Bangunan Gedung

  9. VIDEO: Didukung 537 Personil, Ini Partisipasi Yodya Karya Wilayah Makassar dalam Membangun Negeri

  10. Produk China Tak Tergantikan, Amerika Pun Tak Berdaya Membendungnya

  11. Ini Daftar Komoditas Ekspor Unggulan Indonesia Sawit hingga Batu Bara

  12. Diprediksi Naik 8 Kali Lipat, Begini Nilai Ekonomi Digital Indonesia di Tahun 2030

Diam Adalah Puncak Maqom Pengetahuan

Religi | 2020-10-12

© Disediakan oleh Jalurinfo.com Ilustrasi
Oleh: Ustaz Miftah el-Banjary

Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur`an

JALURINFO,- Permintaan terberat yang tidak dapat dipenuhi oleh Nabi Musa `alaihissalam manakala bersama Nabi Khaidir adalah diam. Ya berdiam, tanpa komentar, sebelum semuanya jelas dan menjadi terang benderang hikmahnya.

Nabi Musa adalah Nabi bagi Bani Israel, seorang yang paling berilmu di masanya. Sampai-sampai, suatu ketika Nabi Musa ketika berdakwah di hadapan kaumnya, ada di antara kaumnya yang bertanya: "Siapakah orang yang paling berilmu saat ini, wahai Musa?!" Riwayat lain menyatakan: "Adakah orang yang lebih berilmu darimu, wahai Musa?"

Nabi Musa dengan tegas menjawab: "Sayalah satu-satunya, orang paling alim, paling berilmu saat ini!"

Tak lama kemudian, Allah Ta`ala menegur Nabi Musa bahwa masih ada yang lebih berilmu, seseorang yang memiliki ilmu Ladunni yang berada di antara dua pertemuan antara air laut dan air tawar. Perjalanan Nabi Musa untuk menemui Nabi Khaidir bukanlah mudah.

Perjalanan berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, hingga muncullah pertanda ikan yang dibawa menghilang secara misterius di antara dua pertemuan air. Tanpa disadari oleh Nabi Musa dan seorang pendampingnya yang menurut sebagian mufassir adalah Yusya` bin Nun yang kemudian nantinya diangkat sebagai salah seorang Nabi Bani Israel.

Singkat cerita, dimulailah pengembaraan ilmu di antara dua orang Nabi itu dengan beberapa ujian kelayakan bagi Nabi Musa diterima sebagai murid Nabi Khaidir, setelah sebelumnya ada dialektika di antara keduanya dimana Nabi Musa bernegosiasi agar diterima sebagai murid dan Nabi Khaidir semula meragukannya.

Walhasil, akhirnya Nabi Khadir tidak mensyaratkan apa-apa, terkecuali hanya meminta Nabi Musa agar diam tanpa komentar sebelum semuanya telah dijelaskan secara terang benderang dibalik hikmah dari setiap kejadian.

Baca juga: Menag Terbitkan Aturan Pengeras Suara, Ini Respons MUI

Nabi Musa sepakat. Dimulailah perjalanan pertama, dimana Khaidir mengajak Musa ke tepi pantai, lalu meminjam perahu milik seorang nelayan miskin. Tanpa sepengetahuan si pemiliknya, setelah usai dipergunakan Khaidr melobanginya hingga perahu itu rusak.

Tentu saja, hal itu membuat Musa terheran-heran dan tidak bisa menahan diri untuk berkomentar. "Mengapa Anda merusak perahu itu? Mengapa dan mengapa?"

Masih berlanjut pada kasus selanjutnya dimana Khaidir mencekik leher seorang anak yang sedang bermain-main hingga tewas. Musa makin tidak mengerti karakter guru macam apa yang akan menjadi gurunya itu.

Musa protes dan seakan menghakimi apa yang dilakukan Khaidir adalah kesalahan, bahkan kezhaliman yang tidak sepantasnya dilakukan oleh siapa pun, membunuh jiwa yang tak berdosa secara zhalim, apalagi bagi seorang nabi di kalangan Bani Israel.

Nabi Musa tak tahan diri untuk berkomentar dan memprotes, hingga terkesan tidak terima dengan kenyataan yang dihadapinya. "Mengapa Anda bunuh jiwa yang tak berdosa?!"

Kirim berita, video & pengaduan terkait layanan publik di sini


Jangan Lewatkan:

TERPOPULER HARI INI

KOLEKSI VIDEO POPULER

PT. JALUR INFO NUSANTARA

Jalur Informasi Independen & Terpercaya

Copyright 2020